Konsekuensi Hukum Penjahat

Konsekuensi Hukum Penjahat

ILUSTRASI Konsekuensi Hukum Penjahat. Driver ojol di Bogor dibunuh dan dirampok penumpangnya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Ia pun berpotensi melakukan kejahatan lebih besar. Mengapa ia bisa begitu? Apakah ortunya tidak nelangsa? Mengapa ortu punya anak begitu?

Dikutip dari Newport Academy, 2 Oktober 2023, berjudul 10 Reasons Why Teenagers Shoplift, and What to Do About It?, dijabarkan penyebab remaja berpotensi jadi penjahat.

Newport Academy adalah lembaga konsultasi keluarga, khususnya pendidikan anak dan remaja, berpusat di Hillsboro Pike, Suite 330, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (AS).

Di naskah itu dibuka begini: ”Sebagai orang tua, mungkin mengejutkan mengetahui bahwa anak remaja Anda mencuri. Pasti, Anda membesarkan anak Anda untuk mengetahui perbedaan antara benar dan salah.”

Misalnya, ketika anak masih kecil membawa pulang mainan yang tidak pernah Anda belikan, ia mencuri. Lalu, Anda menjelaskan kepadanya (berkali-kali, setiap terjadi) bahwa mengambil barang yang bukan milik mereka adalah tindakan yang tidak benar. Itulah saat ortu menanamkan nilai benar dan salah.

Terus, mengapa setelah jadi remaja, anak mencuri?

Penyebabnya rumit. Pemicunya berakar pada psikologis remaja. Ini alasan umum remaja mencuri:

Pertama, tekanan teman sebaya. Remaja mencuri untuk membuktikan ke teman-temannya bahwa ia keren. Itu akibat pergaulan di teman yang tidak terdidik nilai benar dan salah.

Kedua, kontrol impuls (di otak) buruk. Korteks prefrontal, pengendali nalar dan pengaturan diri, masih tahap pembentukan pada remaja. Remaja cenderung tidak memikirkan konsekuensi sebelum mencuri.

Ketiga, menguji otoritas. Selama tahap eksplorasi diri, remaja cenderung memberontak terhadap orang tua dan aturan masyarakat. Ia menguji batas aturan. 

Ia memang sudah diajari nilai benar dan salah, tapi berniat menguji, benarkah tindakan salah bakal dihukum? Hukuman seberat apa?

Keempat, psikologis abnormal. Banyak jenis kelainan psikologis di golongan ini. Harus didiagnosis psikolog.

Solusi buat ortu begini: Jika anak atau remaja mencuri, jangan bereaksi berlebihan. Marah, memaki, memukul, tidak membantu memperbaiki. Justru anak jadi takut sehingga ia selalu berbohong, menghindari makian dan pukulan. Bisa jadi, ia frustasi, lalu mencuri lagi, dan lagi. 

Sebaliknya, hadapilah secara tenang. Bicaralah kepadanya tentang rasa hormat terhadap orang lain dan harta benda mereka. Jika itu pelanggaran pertama, tanyakan apa yang mendorongnya begitu?

Jawaban anak (dalam kondisi ia tenang) bakal mengejutkan ortu. Itulah aslinya problem anak. Dengan begitu, ortu bisa memikirkan solusinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: