Buddha Maitreya, Menapaki Jalan Pencerahan dengan Semangat Welas Asih

Maha Pandita Jemmy Cendrawan, pemimpin ibadah umat Buddha Maitreya.-Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Meski langit-langit vihara sempat runtuh, semangat umat Buddha Maitreya di Surabaya tak ikut roboh. Dengan semangat cinta kasih, mereka terus bersujud. Pun, bersiap menyambut Tri Suci Waisak. Mereka menapaki jalan welas asih bersama ajaran Buddha masa depan: Maitreya.
Di Maha Vihara dan Pusdiklat Buddha Maitreya Surabaya, Sabtu, 10 Mei 2025, tampak beberapa umat sedang bersiap. Anda sudah tahu, umat Buddha akan merayakan Waisak yang berlangsung pada 12 Mei mendatang.
Persiapan berlangsung dengan khidmat dan penuh cinta kasih. Ya, ajaran tentang cinta kasih menjadi inti dari kepercayaan mereka.
BACA JUGA:Nichiren Shoshu, Aliran Buddha dari Jepang, Jalan Pencerahan di Tengah Kehidupan Modern
Dengan jubah berselempang merah, bergambar wajah Buddha yang teduh, Maha Pandita Jemmy Cendrawan menyambut Harian Disway di depan ruang sembahyang utama.
Ia mengajak menuju ruang doa sementara. Karena ruang utama belum bisa dipakai sepenuhnya. Sebab, masih direnovasi pasca insiden ambruknya langit-langit beberapa minggu lalu.
Mahavihara & Pusdiklat Buddha Maitreya di Surabaya. Di tempat itu para umat Buddha Maitreya berkumpul dan sembahyang.-Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Ruang doa itu cukup luas. Terdapat lima patung Buddha berukuran besar. Di tiap dindingnya terdapat ratusan bilik terbuka. Di tiap biliknya terdapat berbagai patung Buddha berukuran kecil. Tersusun rapi.
BACA JUGA:Pesona Kuil Buddha di Shanxi, Semakin Terkenal Karena Game Black Myth: Wukong
Patung-patung itu bukan sekadar ornamen atau hiasan interior. Tapi simbol doa dan penghormatan bagi kerabat yang telah berpulang. "Setiap patung kecil ini mewakili satu doa," ujar Pandita Jemmy sambil menunjuk deretan patung itu.
"Umat bisa memanjatkan harapan, memohon keselamatan, atau mengenang leluhur yang telah tiada," tambahnya.
Di tengah ruangan, perbincangan pun mengalir. Menyelami sejarah dan makna ajaran Buddha Maitreya di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
BACA JUGA:Pecahkan Rekor MURI, STAB Nalanda Resmi Jadi Kampus Buddha Pertama Penyandang Status Institut
"Ajaran Buddhisme aliran Maitreya ini dibawa oleh Maha Sepuh Matreyawira dari Taiwan ke Indonesia pada tahun 1950," tutur pria 56 tahun itu. Saat itu, Sang Sepuh bersinggah di Malang.
Di sanalah awal mula berdirinya Wihara Maitreya pertama di Indonesia. Dari Malang, ajaran itu menyebar ke Pasuruan, Semarang, lalu meluas hingga ke seluruh pelosok negeri. "Sekarang sudah ada sekitar 400 vihara Buddha Maitreya di 30 provinsi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway