Laporan Haji dari Makkah (6): Menengok Ruang Pemantauan Transportasi di Tanah Suci

Ihabul Fathi, seorang mahasiswa Universitas Al-Qorawiyyin Maroko asal Indonesia, yang bertugas sebagai operator tracking transportasi jamaah haji di Tanah Suci.-Mohamad Nur Khotib/Media Center Haji 2025-
BACA JUGA:117 WNI Gagal Haji, Dideportasi dari Madinah karena Gunakan Visa Kerja
Ya, operator tracking transportasi itu diamanahkan kepada dua pemuda temus (tenaga musiman). Ihabul berjaga pada sif kedua sejak pukul 20.00 malam hingga pukul 08.00 pagi. Sementara Rifki berjaga pada waktu sebaliknya.
“Layar memang nggak pernah mati. Semua data checker dari Madinah masuk ke sini," ujar Ihabul sambil menyentuh layar, memperbesar satu trayek bus yang tengah bergerak ke arah Makkah.
BACA JUGA:Kisah Nenek Sumbuk, Jamaah Haji Tertua Berusia 109 Tahun asal Bekasi
Dari situlah, mahasiswa pascasarjana Sejarah Kodifikasi Hadits Universitas Al Qarawiyyin, Maroko, itu bisa memantau bus-bus jamaah haji Indonesia setiap saat. Termasuk ketika ada bus yang terlambat maupun mengalami kendala di jalan.
Beberapa hari terakhir, pergerakan kloter semakin padat. Kloter demi kloter tiba dari Madinah maupun Jeddah menuju Makkah. Bahkan sudah mencapai 20 kloter per hari. Itu berarti ada ratusan bus dengan asumsi per kloter diangkut lima bus.
BACA JUGA:Terpisah Rombongan, Jamaah Haji Difasilitasi Hotel Khusus dan Dipercepat ke Makkah
Ihabul bersama timnya harus memantau setiap pergerakan itu secara real time. Tugas mereka sederhana di atas kertas: memastikan alur transportasi dari Madinah ke Makkah berjalan lancar. Namun, di lapangan, kenyataan bisa jauh lebih rumit.
"Yang paling penting itu checker di Madinah," tegas Ihabul. Para checker adalah ujung tombak di lapangan, bertugas mencocokkan data jamaah, sopir, dan jalur bus.
Mereka berkoordinasi dengan Daker Bandara, Daker Makkah, markaz besar di Jeddah. hingga Bus Shalawat yang mengangkut jamaah dari hotel ke Masjidilharam dan sebaliknya.
Salah satu tantangan terbesar adalah belum sepenuhnya digitalisasi sistem. Beberapa masih manual. “Misalnya, kita sudah input 15 data, ternyata berubah karena update dari lapangan. Kalau pakai kertas memang repot banget," ungkap santri jebolan Ponpes Al Hikmah, Brebes, itu.
Tak jarang mereka harus berurusan dengan kasus tak terduga. Seperti saat salah satu sektor melaporkan bus dari Madinah yang tak kunjung tiba di Makkah. Setelah ditelusuri lewat aplikasi Afaqy dan Idara Tracking, ternyata bus tersebut malah berputar arah kembali ke Madinah.
BACA JUGA:Ancaman Flu Unta Muncul Lagi, Kemenkes Imbau Jamaah Haji Waspada dan Jaga Kesehatan
Biasanya, Ihabul langsung berinisiatif menelepon ketua rombongan jamaah . Atau bahkan menghubungi sopir busnya. “Sopir bilang sudah menurunkan jamaah di hotel. Setelah dicek, eh ternyata salah hotel," kisah lelaki 24 tahun itu lantas tertawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: