Pemkot Surabaya Produksi Popok Kain untuk Balita, DLH Targetkan 15.500 Anak Terlayani hingga Juni 2025

Pemkot Surabaya Produksi Popok Kain untuk Balita, DLH Targetkan 15.500 Anak Terlayani hingga Juni 2025

Ilustrasi seorang Ibu ketika mengganti popok bayi.-Pexels-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Guna mengurangi volume sampah non-organik sekaligus meringankan beban ekonomi warga, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota SURABAYA mulai memproduksi popok kain atau popok bayi yang bisa dipakai ulang. 

Program itu saat ini tengah diujicobakan secara bertahap di sejumlah wilayah. Targetnya, 15.500 balita di Surabaya bisa menggunakan popok tersebut pada Juni 2025 mendatang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Dedik Irianto menjelaskan, konsep penggunaan popok ulang ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga membantu keluarga kurang mampu.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Serukan Pengurangan Popok dan Pembalut Sekali Pakai untuk Selamatkan Kali Brantas

”Program ini melibatkan pelatihan pembuatan popok yang dilakukan oleh lansia dan penyandang disabilitas di bawah naungan Dinas Sosial,” ujar Dedik kepada Harian Disway, Minggu, 18 Mei 2025.

Menurut Dedik, popok produksi Pemkot Surabaya dibuat menggunakan bahan khusus agar nyaman dan aman untuk kulit sensitif balita. ”Bahan harus bagus. Karena kalau tidak nyaman, anak bisa gatal-gatal atau tidak mau memakainya,” tuturnya.

Ia menyebut, popok tersebut dirancang agar dapat dicuci dan dipakai ulang, sehingga dapat menekan produksi limbah popok sekali pakai yang sulit terurai. Popok kain ini pun tengah diuji coba di satu kecamatan dengan jumlah penerima sebanyak 500 batita (balita di bawah tiga tahun).

BACA JUGA: Popok pun Berubah jadi Pot dan Pupuk Organik Demi Masa Depan Bumi

”Target kami hingga akhir Juni nanti adalah 15.500 bayi sudah menggunakan popok ramah lingkungan ini. Itu sekitar 10 persen dari total jumlah bayi di Surabaya yang berjumlah 140.000,” imbuhnya.

Pengadaan dan distribusi popok kain ini merupakan kolaborasi lintas OPD. Yakni DLH sebagai inisiator lingkungan, Dinas Sosial sebagai pelaksana pelatihan dan produksi, serta TP PKK dan dinas kesehatan untuk edukasi kepada orang tua.

”Nantinya, mereka yang membuat popok juga akan menjadi pengguna untuk keluarganya. Ini sangat efisien dan bisa menghemat anggaran,” kata Dedik.

Selain itu, ia menilai, program ini memiliki dampak sosial yang positif karena memberikan aktivitas produktif kepada lansia dan penyandang disabilitas melalui kegiatan menjahit popok.

BACA JUGA: Alumni Ubaya Ciptakan Inovasi Popok Bayi Ramah Lingkungan dari Pelepah Pisang dan Daun Sirih

BACA JUGA: Kolaborasi Vasa Hotel Surabaya dan Dinas Sosial Surabaya Penuhi Kebutuhan Popok Bayi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: