Dedi Mulyadi Terapkan Jam Malam bagi Pelajar

Dedi Mulyadi Terapkan Jam Malam bagi Pelajar

ILUSTRASI Dedi Mulyadi Terapkan Jam Malam bagi Pelajar.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

”Kami melibatkan RT, RW, pihak disdik, juga didukung TNI dan Polri. Kami sudah menandatangani MoU dengan TNI dan Polri yang mendukung program ini. Semua unsur itu mengawasi pelaksanaan jam malam,” jawab Dedi.

Bagi pelanggar, apakah ada sanksi? Dijawab: ”Ada sanksi. Akan diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing pelanggar.”

Dedi: ”Diharapkan, dengan jam malam, tidak ada lagi pelajar tawuran, atau berkegiatan negatif lainnya seperti nongkrong yang nggak jelas tujuannya.”

Belum diterapkan, program jam malam sudah diprotes. Pemrotes menamakan diri Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Jawa Barat.

Ketua Fortusis Jabar Dwi Subianto kepada wartawan mengatakan:

”Kami sangat keberatan. Jadi, nilai edukasinya di mana? Itu anak sudah sekolah dari pagi sampai sore, terus malam nggak boleh main, keliru dong.”

Dilanjut: ”Tidak semua pelajar keluar malam berbuat hal negatif. Ada anak yang di malam hari justru mendapat inspirasi. Misalnya, bawa laptop, ngobrol sama temannya menemukan gagasan, mendapat ide baru.”

Intinya, Dwi, mewakili Fortusis, keberatan jam malam pelajar.

Argumen Dwi kelihatan kurang kuat. Ia mengatakan, tidak semua pelajar keluar malam berbuat negatif. Berarti, ada atau banyak pelajar keluar malam melakukan hal negatif.

Program barak militer Dedi sudah diprotes banyak pihak, termasuk keberatan dari para politikus. Programnya malah berlanjut. Kini rencana jam malam juga diprotes beberapa pihak. Namun, pasti tetap dilaksanakan mulai 1 Juni 2025.

Program Dedi didukung TNI dan Polri. Sangat kuat. Selama ini Polri selalu kerepotan mencegah tawuran pelajar atau geng motor, yang semuanya berkegiatan pada malam hari.

Tidak ada ortu pelajar yang berani menjamin bahwa mereka mampu mencegah tawuran atau geng motor. Kalau terjadi tawuran dan anak mereka, misalnya, jadi korban tewas, mereka menyalahkan polisi –yang katanya –tidak bisa mencegah tawuran. Padahal, pendidikan utama ada di rumah oleh ortu.

Manajemen anak nakal di negara-negara maju dilaksanakan secara serius dan terpadu. Juga, konsisten.

Dikutip dari Daily Mail, 28 Juni 2012, berjudul Some children are too naughty for normal school life and number of persistent offenders is rising, dipaparkan hal itu.

Dibuka dengan kalimat begini: Beberapa anak terlalu nakal untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah sehari-hari. Ada sekelompok anak muda yang berperilaku dengan cara yang sangat sulit dan penuh kekerasan serta membutuhkan lebih banyak bantuan dan dukungan. Itu menurut Charlie Taylor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: