Seri Sang Putra Fajar (20-habis): Mutiara Kemerdekaan dan Pancasila

Istana Gebang, rumah terakhir keluarga Bung Karno. Bangunan tersebut juga menjadi tempat istirahat Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Blitar.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Dari Surabaya, tempat lahirnya, kemudian di Jombang sebagai tempat masa kecilnya. Rumah Bung Besar dan lingkungannya jauh dari kata mewah.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (13): Raden Soekeni dan Sekolah Ongko Loro
Pun, rumah kosnya di Pandean. Yakni di kediaman H.O.S Tjokroaminoto, guru politiknya. Saat indekos, ia tak punya uang. Bahkan jika punya sekali pun, ia memilih menyimpannya untuk membeli buku-buku.
Pergaulannya tidak sebatas dengan teman sebaya. Namun, Soekarno juga bergaul dengan orang-orang tua, tokoh-tokoh pergerakan.
Dari mereka, Sang Putra Fajar menyerap ilmu. Menimba wawasan. Bukan hanya dari institusi pendidikan yang didapatnya saat remaja.
Ruang tengah Istana Gebang, Blitar. Bangunan yang ditinggali Bung Karno sejak usia 16 tahun.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (12): Ploso, Jejak Masa Kecil Soekarno
Kesederhanaan, keterbatasan, penjara, itu semua pernah dialami Bung Karno. Tapi dari ruang gelap, dari tekanan yang menghimpit, Soekarno justru menjadi permata yang berpendar dalam kelam.
Ia memilih fokus pada esensi perjuangan. Mengubah semua pengalaman itu. Menjadikannya fondasi kokoh untuk membangun Indonesia.
Baginya, bangsa yang kuat adalah bangsa yang mau berjuang mengubah nasibnya sendiri. Semua harus diupayakan dengan sungguh-sungguh.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan
Seperti katanya, bahwa barang siapa ingin mendapat mutiara, ia harus mau berenang menuju lautan dalam. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway