Mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie Meninggal, Ekonom Besar yang Berpihak Pada Rakyat Kecil

Dahlan Iskan bersama Kwik Kian Gie yang kini sudah berusia 90 tahun.--
Ia kuliah ekonomi di sana sampai 1963. Dan setelah lulus sempat beberapa tahun bekerja di Belanda. Hingga akhirnya pulang ke Indonesia pada dekade 1970-an.
Ia sempat memegang beberapa posisi eksekutif di perusahaan, di samping menjadi entrepreneur. Di tanah air, ternyata ia jatuh hati pada bidang politik dan pendidikan.
Mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie meninggal, ekonom besar yang berpihak pada rakyat kecil. Foto: Kwik sebagai kepala bappenas pada 2002.-Arsip DPR-RI-
"Saya sekarang punya cukup uang untuk membeli apa pun yang saya inginkan," kata Kwik saat itu, lalu bergabung dengan PDI pimpinan Megawati Sukarnoputri pada 1987. Waktu itu namanya masih Partai Demokrasi Indonesia, belum ada "Perjuangan"-nya.
Kwik langsung mewakili PDI sebagai anggota Badan Pekerja MPR. Ketika Megawati menjadi Ketua Umum PDI-Perjuangan, Kwik Kian Gie menduduki jabatan Ketua DPP. Merangkap Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan.
BACA JUGA:Ki Warseno Slenk, Dalang Senior dan Doktor Pendidikan, Berpulang dalam Usia 59 Tahun
BACA JUGA:Dosen FISIP Unair Gitadi Tegas Berpulang di Usia 65 Tahun, Akademisi Yang Penuh Dedikasi
Jadi tokoh besar di PDIP, Kwik Kian Gie pernah menjadi Wakil Ketua MPR-RI. Lalu di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Kwik Kian Gie menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin). Tepatnya pada periode 1999-2000.
Ketika Gus Dur lengser, Kwik tetap dipercaya memegang jabatan penting oleh Megawati. Ia ditunjuk menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas. Kwik Kian Gie pun diganjar Bintang Mahaputra Adipradana pada 2005.
Kwik adalah ekonom sejati. Ia unik. Gagasannya tajam, namun sangat berpihak kepada rakyat kecil. Hal itu yang membuatnya dihormati oleh banyak kalangan, baik di dalam maupun luar pemerintahan.
Sepanjang karier, ia konsisten menolak liberalisasi ekonomi yang berlebihan, dan kerap mengkritik campur tangan asing dalam kebijakan ekonomi Indonesia.
Hal itu bahkan masih ia sampaikan lewat tulisan, forum-forum akademik, maupun media sosial setelah ia pensiun. Selamat jalan, Pak Kwik. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber