Noel (Nggak) Bener

ILUSTRASI Noel (Nggak) Bener. Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel ditangkap KPK dalam operasi tangkap tangan di Jakarta. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Daftar 21 Kendaraan Mewah Immanuel Ebenezer yang disita KPK!
Kekuasaan memang ibarat dua sisi mata uang bagi mereka yang menggendongnya. Di satu sisi, kekuasaan memberi ruang pemiliknya untuk mewujudkan visi hidup dan membuat perubahan yang bermanfaat bagi banyak orang. Di sisi lain, ia bisa menyeret kita terjerumus kepada penyalahgunaan, dominasi, dan korupsi.
Saya pernah dalam posisi yang penuh godaan itu. Saat menjadi orang kedua di pemerintahan Kota Surabaya. Melalui pemilihan kepala daerah langsung yang pertama. Seperti Noel, saya juga menggapai itu seperti lompatan. Baru 10 tahun tinggal di kota tersebut, saya bisa mencapai posisi seperti itu. Di kota terbesar kedua di Indonesia.
Padahal, saya bukan politikus. Hanya seorang wartawan di sebuah media yang saat itu terbesar kedua di Indonesia. Media yang punya kepentingan terhadap desentralisasi pemerintahan. Bersama Pak Dahlan Iskan, saya pun mendirikan Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). Tiap tahun memonitor pelaksanaan otonomi daerah.
BACA JUGA:Relawan Prabowo Mania 08 Siapkan Bantuan Hukum untuk Wamenaker Immanuel Ebenezer
BACA JUGA:KPK Tetapkan Status Tersangka pada Wamenaker Immanuel Ebenezer
Begitu ada peluang masuk gelanggang politik kekuasaan, saya pun memasukinya. Ingin ambil bagian dalam sejarah pemilihan kepala daerah langsung yang pertama. Juga, menerapkan berbagai hasil riset dan monitoring otonomi daerah. Yang pasti, ada alasan moral yang kuat untuk memasuki dunia kekuasaan.
Setelah di dalam, adakah godaan atau peluang menyimpang seperti yang dialami Noel? Banyak. Mulai yang langsung maupun tidak langsung. Tak terhitung yang mengajak mendirikan perusahaan bersama. Tak terkira orang yang menawarkan sesuatu yang bisa membuat kita terlena.
Ada cara saya menjaga diri untuk tak terseret dalam arus moral hazard birokrasi saat itu. Misalnya, saya tak mau menerima uang yang tidak ada potongan pajak di dalamnya. Potongan pajak adalah salah satu indikator bahwa uang yang kita terima adalah legal alias sah.
BACA JUGA:Wamenaker Immanuel Ebenezer Terjaring OTT KPK, ICW: Peringatan Serius bagi Kabinet Merah Putih
BACA JUGA:KPK Sita 2 Unit Moge Ducati Milik Wamenaker Immanuel Ebenezer, Tak Masuk LHKPN
Tentu cara itu membuat kita tidak segera punya Ducati. Juga, tidak punya uang banyak yang bisa disimpan di deposito untuk bekal masa tua. Namun, meski tak punya simpanan masa tua, setidaknya bisa membuat tenteram hidup berikutnya. Tak terpikir berurusan dengan aparat hukum. Apalagi, bernasib tragis seperti Noel.
Dari Noel kita belajar bahwa berteriak melawan korupsi lebih mudah ketimbang menjaga diri kita dari korupsi. Apalagi, ketika kekuasaan ada di tangan. Setiap saat sejarah bisa berulang. Bahwa di zaman apa pun, idealisme selalu diuji, integritas dipertaruhkan, dan hanya sedikit yang lolos dari godaan kekuasaan.
Lantas, apakah kita harus menghindar dari kekuasaan? Tentu tidak demikian. Ada sebagian dari kita yang harus memegang amanah untuk itu. Namun, ketika kekuasaan di tangan, tampaknya harus disertai kesadaran bahwa hidup ini adalah pilihan. Menjadikan kekuasaan untuk kebaikan atau untuk kepentingan diri sendiri.
Alam rupanya selalu memberikan cermin kepada kita semua. Kapan pun dan di mana pun juga. Tinggal kita mau becermin atau tidak. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: