Pria Bunuh Pacar di Lombok, Mayat Dicor: Inilah Penyebab Femisida

Pria Bunuh Pacar di Lombok, Mayat Dicor: Inilah Penyebab Femisida

ILUSTRASI Pria Bunuh Pacar di Lombok, Mayat Dicor: Inilah Penyebab Femisida.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Sabtu pagi, 23 Agustus 2025, tim polisi membongkar sumur itu. Cukup sulit. Coran sudah sepuluh hari sedalam tiga meter. Jasad Nurminah ditemukan membusuk, bugil, dengan posisi kepala di bawah. Imam dijerat Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman maksimal hukuman mati.

BACA JUGA:Ini Problem Janda Pacaran

BACA JUGA:Bunuh Pacar setelah Menghamili

Setiap ada perempuan terbunuh, polisi selalu fokus ke pasangan korban. Itu fenomena internasional.

Dikutip dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), 25 November 2024, berjudul One woman is killed every 10 minutes by their intimate partners or other family members, diungkapkan, pembunuhan perempuan oleh pasangan terus meningkat.

Laporan UNODC terbaru (2023), sekitar 60 persen pembunuhan terhadap perempuan dilakukan pasangan intim atau anggota keluarga lainnya.

Berdasar laporan bertajuk Femicides in 2023: Global Estimates of Intimate Partner/Family Member, dikonfirmasi bahwa femisida (pembunuhan wanita oleh pria) bersifat universal. Terjadi di semua negara, paling banyak di negara-negara miskin Afrika. 

Data UNODC 2023, tercatat 85.000 perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia dibunuh secara sengaja oleh pria. Dari jumlah itu, sekitar 60 persen (sekitar 51.000) pelakunya pasangan intim atau mantan pasangan intim atau anggota keluarga.

Dibagi rerata, ketemu 140 perempuan dibunuh pasangan atau mantan pasangan atau kerabat dekat mereka. Berarti, satu perempuan terbunuh setiap 10 menit di seluruh dunia.

Afrika sebagai negara dengan tingkat femisida tertinggi yang melibatkan pasangan intim dan keluarga, diikuti Amerika dan Oseania. 

Di Eropa dan Amerika Serikat (AS), sebagian besar perempuan yang terbunuh dalam ranah domestik (masing-masing 64 persen dan 58 persen) adalah korban pasangan intim. Sedangkan di tempat lain, anggota keluarga merupakan pelaku utama.

Dari data tersebut, wajar polisi selalu fokus menyelidiki pria pasangan intim setiap ada perempuan terbunuh. Termasuk di Indonesia. Polisi pasti menyelidik sangat teliti pria pasangan wanita yang terbunuh. 

Dan, semua pria pembunuh yang tidak pengalaman (minimal sudah tiga kali membunuh orang) pasti bakal diketahui polisi pada wawancara tahap awal. Banyak indikator, berdasar ilmu kepolisian, yang membuat polisi segera tahu.

Namun, mengapa asmara berubah jadi pembunuhan? Bukankah dua hal itu bertolak belakang?

Dikutip dari The Conversation, 14 Januari 2018, berjudul Why some people in non-violent relationships kill their partners?, diungkapkan demikian:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: