Harapan Baru Penyeimbang Dunia di KTT Shanghai Cooperation Organization di Tianjin
PIDATO PRESIDEN Xi Jinping disiarkan melalui layar besar di media center Tianjin Meijian Convention Center, lokasi KTT SCO yang dihadiri lebih dari 20 kepala negara.-Doan Widhiandono-
Bahkan, ia mengajak anggota SCO berbagi dividen teknologi. Mulai dari kecerdasan buatan sampai kerja sama Stasiun Penelitian Bulan internasional.
BACA JUGA:Simulator Tianjin Rebut Pasar Tiongkok
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia
Agenda di Tianjin memperlihatkan wajah SCO yang multidimensi. Sebanyak 24 dokumen disahkan, termasuk Tianjin Declaration, strategi pengembangan hingga 2035, serta pernyataan memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan berdirinya PBB.
Ada pula peluncuran SCO Anti-Drug Center dan Universal Center for Countering Challenges and Threats. Selain itu, Laos mendapat status Dialogue Partner, sementara CIS (Commonwealth of Independent States) menjadi Observer.
Yang menarik, SCO juga menekankan sisi kemanusiaan. Mulai rencana pembentukan Dana Bantuan Bencana, isu air, hingga pencanangan Cholpon-Ata di Kirgizstan sebagai Ibu Kota Wisata dan Budaya SCO 2025–2026.
Xi bahkan mengumumkan Tiongkok akan mendanai 100 proyek kecil di negara anggota, memberikan hibah RMB 2 miliar, serta menyediakan pinjaman RMB 10 miliar untuk mendukung kerja sama perbankan. Jumlah beasiswa SCO juga akan digandakan. Plus program doktor inovatif dan pelatihan 10 ribu SDM dalam lima tahun ke depan.
PARA JURNALIS dari berbagai negara bekerja di media center. lebih dari 3.000 jurnalis terdaftar menjadi peliput KTT SCO.-Doan Widhiandono-
Jika NATO selama ini dipandang sebagai “alat” bagi kepentingan Barat, SCO ingin tampil sebagai payung kolektif Eurasia yang lebih inklusif. Tantangannya jelas: bagaimana mengelola perbedaan di antara anggotanya sendiri. Misalnya, India dan Pakistan yang sering bersitegang. Hingga Rusia dan Tiongkok yang mau tidak mau dipandang sebagai negara dengan peran dominan.
Namun, peluangnya juga nyata. Dengan cakupan geografis dari Eropa Timur hingga Asia Selatan, SCO bisa menjadi forum penting dalam mengurangi ketegangan global.
Xi menutup pidatonya dengan pepatah: ketika ada kemauan, tak ada batas yang bisa ditembus. Ya, tekad kolektif bisa menembus batas apa pun.
KTT di Tianjin itu memang terjadi ketika dunia memasuki era turbulensi. Persaingan blok, ketegangan teknologi, hingga konflik regional membayangi. SCO mencoba menawarkan jawaban dengan praktik multilateralismenya sendiri.
BACA JUGA:Jelang Peringatan 80 Tahun Kemenangan Melawan Jepang: Tiongkok Tegaskan Komitmen Perdamaian
Setidaknya, pesan dari Tianjin cukup jelas: ada alternatif lain dalam tata dunia. Alternatif yang menolak dikotomi menang-kalah, dan berusaha mengedepankan pembangunan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: