Korupsi dan Formalisme Beragama: Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji

ILUSTRASI Korupsi dan Formalisme Beragama: Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Korupsi dan Jejaring Kekuasaan Elite
Kasus korupsi kuota haji itu makin nenambah deretan panjang kasus korupsi di tubuh Kemenag.
Sebelumnya Kemenag pernah ditimpa kasus-kasus korupsi. Dua mantan menteri agama sebelum Yaqut pernah dipenjara karena terbukti korupsi dalam pengelolaan haji, yakni Said Agil Husin Al Munawar dihukum lima tahun penjara pada 2006 dan Suryadharma Ali yang divonis enam tahun penjara pada 2014.
Kasus korupsi di Kemenag dan vonis hakim sepertinya tidak menjadi efek jera bagi para pejabatnya untuk tidak melakukan korupsi.
BACA JUGA:Korupsi di Pertamina, Jalan Menuju Kehancuran Negara?
BACA JUGA:Mencermati Vonis Ringan Hukuman Korupsi Timah, Dibutuhkan Hakim 'Gila' untuk Kasus Korupsi
Institusi yang selama ini diharapkan sebagai basis dan benteng moral terakhir bagi masyarakat dalam melakukan perbaikan dan perubahan moralitas umat justru tersangkut dugaan korupsi. Itu sungguh sangat tragis dan ironis.
IRONIS DAN TRAGIS
Kasus dugaan korupsi yang menimpa Kemenag sungguh sangat ironis dan tragis. Jika korupsi menimpa departemen pariwisata, misalnya, mungkin masyarakat menganggap biasa. Sebab, di dalamnya banyak orang yang tak tahu dan paham agama.
Akan tetapi, kalau korupsi itu menimpa institusi agama seperti Kemenag, wah ini sungguh sangat keterlaluan. Orang atau pejabat Kemenag yang selama ini dikenal publik tahu dan paham soal agama justru tersangkut dugaan korupsi.
BACA JUGA:Tersangka Korupsi Jalan Tertatih
BACA JUGA:Korupsi sebagai Problem Budaya
Bagaimana jadinya wajah Indonesia lima tahun ke dapan jika institusi agama seperti Kemenag yang programnya banyak mengusung perbaikan moralitas umat dan setiap tahun berhaji ternyata tersangkut kasus dugaan korupsi?
Nilai-nilai religiusitas yang selama ini diketahui dan dipahami orang-orang beragama dan paham agama hanya dijadikan hiasan yang begitu indah, tapi jauh dari kenyataan. Nilai-nilai religiusitas tereduksi oleh ambisi kedunian yang sifatnya materialistis.
Ambisi hidup mewah dan serbah wah menjadikan pemahaman nilai-nilai agama menjadi tumpul-pul. Pemahanan agama diri seseorang tidak mampu melawan godaan dan ambisi kemewahan diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: