Jeritan Kampung Dupak Bangunrejo Lewat Drama Monolog Sangkan Paran: Jantung Tanpa Hati

Jeritan Kampung Dupak Bangunrejo Lewat Drama Monolog Sangkan Paran: Jantung Tanpa Hati

BATANG PISANG dalam drama monolog Sangkan Parang menjadi simbol manusia yang punya jantung tapi tak punya hati.-Moch. Sahirol Layeli-Harian Disway-


ADEGAN bunuh diri dalam drama monolog Sangkan Paran melambangkan keputusasaan dan kesendirian.-Moch. Sahirol Layeli-Harian Disway-

Dalam rangkaian drama monolog itu, ada adegan berdiri di atas kursi yang melambangkan bunuh diri. Menurut Rara, ada begitu banyak peristiwa yang telah membunuh rasa percaya dirinya sampai dia merasa ingin mati. 

Sanggar Seni Omah Ndhuwur punya peran penting dalam melahirkan kembali kampung yang dulu menjadi jujukan aktivitas esek-esek tersebut.

BACA JUGA:PIlih Grafito Karya Akhudiat, Sanggar Lidi Surabaya Pentaskan Kisah Romansa Lintas Keyakinan Nanti Malam

BACA JUGA:Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

Perayaan seni dan budaya lewat Mbangunredjo Art Festival sebenarnya sudah berlangsung sejak Hari Anak Nasional pada 23 Juli lalu. Puncaknya adalah  kirab budaya, tari-tarian, dan pementasan musik pada Oktober. 

“Perayaan kali ini adalah yang ke-12,” ungkap Abdoel. Melalui festival seni dan budaya tersebut, ia berharap diskriminasi terhadap perempuan dan anak-anak Dupak Bangunrejo juga akan berganti dengan sikap dan pandangan yang lebih positif. Salah satunya adalah apresiasi terhadap seni dan budaya yang lahir di sana. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: