Negara Harus Hadir untuk Pesantren

Negara Harus Hadir untuk Pesantren

ILUSTRASI Negara Harus Hadir untuk Pesantren.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

RUNTUHNYA musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, awal Oktober lalu, seakan membuka tabir lama: lemahnya perhatian negara terhadap pesantren. Meski mengundang polemik, respons cepat datang dari Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo

Ia mengusulkan penanganan menggunakan dana APBN. Bahkan, Dody menyarankan bangunan itu kembali dibangun sedari awal, bukan sekadar renovasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin kekokohan fondasi. Tentu saja, ide itu patut diapresiasi, tetapi sekaligus jadi cermin betapa negara baru hadir setelah terjadi musibah.

Bagi para alumnus dan santri, peristiwa itu justru menjadi pemantik solidaritas. Mereka bahu-membahu menyalurkan bantuan, membuktikan watak dasar pesantren, yakni ketabahan dan kemandirian. 

BACA JUGA:Jaga Kyai, Jaga Negeri, Ketua DPRD Kabupaten Gresik Sebut Pesantren Benteng Moral Bangsa

BACA JUGA:Pemerintah Bentuk Satgas Khusus Tertibkan Bangunan Pesantren

Pesantren tumbuh dari spirit swadaya, digerakkan oleh keikhlasan para kiai dan ustaz yang mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan masyarakat kecil. Sayang, institusi yang telah ratusan tahun menjadi benteng moral bangsa itu belum memperoleh perhatian proporsional dari negara.

Sejatinya sejarah berdirinya Indonesia tidak lepas dari peran para ulama dan santri. Dari resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari hingga gerakan pendidikan rakyat di pelosok desa, pesantren menjadi sumber energi sosial dan spiritual bangsa. 

Nilai-nilai kesederhanaan, kepasrahan, serta integritas yang lahir di dalamnya merupakan modal yang seharusnya dijaga, tidak dibiarkan merapuh. 

BACA JUGA:Wamenag Optimistis Izin Pembentukan Ditjen Pesantren Terbit Sebelum Hari Santri

BACA JUGA:Menag: Kasus Kekerasan Seksual di Pesantren Jangan Dibesar-besarkan

Karena itu, wajar bila masyarakat mempertanyakan, mengapa setiap kenaikan anggaran APBN (tahun ini disebut meningkat sekitar 20 persen) jarang sekali menyentuh aspek pengembangan pesantren.

TAK SEKADAR TEMPAT MENGAJI

Minimnya perhatian untuk pendanaan pesantren itu sering kali berakar dari persepsi yang sempit, bahwa pesantren sekadar tempat mengaji kitab kuning. Sebuah pandangan yang gagal melihat kompleksitas dan peran vitalnya di luar sekadar ritual keagamaan.

Padahal, pesantren merupakan sistem pendidikan yang hidup di tengah masyarakat, berakar pada budaya tolong-menolong. Tidak sedikit pesantren yang menjadi pusat pemberdayaan ekonomi, kebun tani, hingga pelatihan teknologi sederhana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: