Usung Tenun Gedog Tuban dan Filosofi Koma, Uzzaer Ruwaidah Pamer Karya di Wisma Jerman

Usung Tenun Gedog Tuban dan Filosofi Koma, Uzzaer Ruwaidah Pamer Karya di Wisma Jerman

Uzzaer Ruwaidah mengadakan pameran tunggal seni rupa dengan mengangkat tenun gedog dari Tuban. - Naufal Adibi - Harian Disway

Ruwaidah sengaja memperlihatkan uniknya pertautan du posisi benang yang berbeda itu. Dia juga ingin memamerkan bentuk lain dari anyaman tenun gedog dengan bahan akar beringin.

 “Ide akar beringin itu muncul ketika saya sedang duduk di bawah pohon beringin sambil minum es degan,” ungkap Ruwaidah kepada Harian Disway usai pembukaan pameran.

Sebagai seniman, Ruwaidah punya hak mutlak atas karyanya. Termasuk, merumuskan konsepnya. Maka, dia pun mengangkat hal-hal yang menginspirasinya sebagai karya. Di antaranya, tokoh wayang Srikandi dan kucing. 

BACA JUGA:Kemeriahan Natal di SD Katolik Santa Clara Surabaya Ditandai denganPanen Raya P5 dan Inovasi Dekorasi Pewayangan

BACA JUGA:Beragam Program Budaya dari Wisma Jerman untuk Memperkenalkan Budaya dan Bahasa Jerman

Kucing adalah hewan kesukaan Ruwaidah. Di rumahnya, ada banyak kucing peliharaan. Sedangkan, Srikandi adalah tokoh yang dikaguminya.

“Srikandi selalu teguh memperjuangkan idealismenya. Masing-masing perempuan memiliki karakter dan idealisme masing-masing. Saya harus menjadi versi terbaik diri saya sendiri,” papar Ruwaidah.

Sebelum mengulik tenun gedog, penggemar wastra nusantara itu juga pernah mengusung jenis kain lainnya. Yakni, batik tulis bermotif kawung dan batik ecoprint.

Dalam pameran-pamerannya, dia tidak hanya mengeksplorasi seni. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan wastra nusantara, sekaligus makna di dalamnya dan rangkaian pembuatannya. 

BACA JUGA:Wisma Jerman Hubungkan Manfaat Pembelajaran Bahasa Jerman dan Budaya dalam Lanskap Globalisasi Masa Kini

BACA JUGA:Sambut EURO 2024, Wisma Jerman Siapkan Berbagai Program yang Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Jerman

Pameran Entah dalam Koma itu didukung penuh Direktur Wisma Jerman Mike Neuber. Ia mengapresiasi karya-karya Ruwaidah yang unik.

“Sebelumnya, di Wisma Jerman ada juga pameran batik dari daerah pesisir Probolinggo. Saya berharap, melalui pameran ini, masyarakat pun bisa mengetahui cara pembuatan tenun gedog," ungkapnya.

Mike tampak asyik mengamati karya Ruwaidah satu per satu. Sesekali, lelaki berkacamata itu tersenyum dan mengangguk. "Ini sayangnya space-nya kurang luas,” ucapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: