Daya Beli Tertekan, Makan Tabungan
ILUSTRASI Daya Beli Tertekan, Makan Tabungan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
EKONOMI Indonesia belakangan ini dirasakan dalam kondisi sedang tidak baik-baik saja. Perlambatan ekonomi global, badai pemutusan hubungan kerja (PHK), indikasi penurunan daya beli, rupiah dalam tren pelemahan, potensi deindustrialisasi, hingga makin menyempitnya ruang fiskal telah memicu ketidakpastian.
Berbagai persoalan tersebut makin rumit dengan kebijakan efisiensi anggaran yang sejauh ini belum berimbas secara signifikan dalam menggerakkan mesin perekonomian.
Di sisi lain, pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang digadang-gadang akan menjadi mesin ekonomi, juga masih disibukkan dengan persiapan teknis internal sehingga memicu ketidakpastian pasar. Investor di pasar saham wait and see.
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Paket Stimulus Rp24,44 Triliun Untuk Mendorong Daya Beli Dan Stabilitas Ekonomi
BACA JUGA:THR, Suplemen Obat Kuat di Tengah Lesunya Daya Beli
Saham-saham sejumlah bank pelat merah justru menunjukkan kecenderungan melemah. Tidak jelas alasannya. Namun, banyak analis menyinggung tentang peran Danantara yang sangat dikhawatirkan menjadi crowd-out funding agent yang berpotensi menggeser peran sektor swasta.
Dengan demikian, pasar belum yakin betul Danantara mampu mengelola aset jumbo sejumlah BUMN yang selama ini menjadi backbone perekonomian.
Bukan hanya karena data-data maupun indikator ekonomi yang belakangan ini mulai menunjukkan pelemahan, melainkan juga karena suasana batin masyarakat yang makin tidak menentu, antara cemas dan berharap, antara sabar dan ingin segera melihat perubahan nyata di era pemerintahan baru pada Kabinet Merah Putih yang dikomandoi Prabowo Subianto.
Indikasi pelemahan ekonomi belakangan ini bisa kita baca dari sinyal data-data berikut. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia (BI) di mana pada Agustus 2025 berada di level 117,2.
Meski masih berada di zona optimistis, yaitu di atas 100, angka itu merosot dari bulan sebelumnya yang tercatat berada pada level 118,1. Disokong oleh terjaganya keyakinan konsumen pada Agustus 2025, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tetap berada pada level optimis.
Adapun IKE Agustus tercatat sebesar 105,1. Angka itu menurun tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 106,6. Sedangkan IEK Agustus tercatat sebesar 129,2, relatif stabil jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 129,6.
Tren makin menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencerminkan melemahnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun prospek di masa depan.
Padahal, bila menengok ke belakang Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2025 yang dirilis oleh BI, IKK memang masih berada di level optimis sebesar 121,7, sedikit meningkat dari Maret 2025 yang berada di 121,1.
Namun, bila dicermati lebih dalam, optimisme itu mulai terkoreksi di sejumlah kelompok segmen masyarakat, terutama pada kelompok berpenghasilan rendah dan warga usia lanjut yang sudah tidak produktif menghasilkan income.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: