Prabowo-Jokowi: Panas Dingin Suksesi

Prabowo-Jokowi: Panas Dingin Suksesi

ILUSTRASI Prabowo-Jokowi: Panas Dingin Suksesi-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Jejak Soemitro Djojohadikoesoemo, Langkah Prabowo Subianto

Sampai sekarang, para soekarnois dengan pendukung Soeharto menjadi pihak sana dan pihak sini. Soekarnois tetap menolak Soeharto sebagai pahlawan nasional.

Soeharto jatuh juga karena tragedi politik. Didemo karena krisis ekonomi.  Reformasi 1998 membuatnya turun di tengah jalan. B.J. Habibie, sang wakil, melanjutkan. 

Soeharto dan Habibie seperti bapak dan anak. Namun, sejak suksesi itu, hubungan keduanya memburuk. Mereka sudah tak pernah bertemu.  Puncaknya, Soeharto menjadi pesakitan kasus korupsi.

BACA JUGA:Prabowo di Antara Jokowi dan Megawati

BACA JUGA:Prabowo Dituding Cawe-Cawe di Pilgub Jateng

Dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Sintong Panjaitan mengungkapkan bahwa Habibie memeriksa Soeharto karena telah menjadi keputusan sidang umum (SU) MPR. Sintong, yang menjadi penasihat keamanan Habibie, ditugaskan untuk mengecek lapangan. 

Ia menelepon Jaksa Agung Andi Ghalib agar Soeharto tidak diperiksa seperti pesakitan. Sebab, Soeharto sudah sepuh dan orang yang sangat dihormati. Alhasil, pemeriksaannya hanya satu jam.

Habibie yang hanya berkuasa selama 1 tahun 5 bulan juga tak mulus. Pertanggungjawabannya ditolak MPR. Ia pun memutuskan untuk tidak maju lagi. 

BACA JUGA:Prabowo dan Subiyanto

BACA JUGA:Tanah Capres Prabowo Subianto, Pintar atau Goblok?

Saya, yang saat itu meliput di MPR Senayan, sebenarnya melihat peluang Habibie masih besar. Golkar juga masih besar, asal mau bertarung. Habibie menahan diri. Terpilihlah Gus Dur yang didampingi Megawati.

Kejatuhan Gus Dur juga penuh drama politik. Penggantinya, Megawati, sang wakil. Gus Dur menuding pelengseran dirinya karena konspirasi Megawati dengan tokoh politik di Senayan. DPR melengserkannya setelah Gus Dur mengeluarkan dekrit pembubaran DPR dan Partai Golkar.

Peralihan kekuasan dari Mega ke SBY tidak sepenuhnya mulus. SBY menjadi presiden pertama yang terpilih lewat pemilihan langsung. Namun, saat pelantikan SBY, Megawati sebagai presiden petahana dan rival pilpres tidak hadir.

Namun, ada satu hal yang membuat Megawati layak mendapat acungan jempol. Yakni, melaksanakan pilpres dengan adil. Jusuf Kalla (JK) pernah menyebutkan, sebagai petahana, bisa saja Mega memanfaatkan alat negara seperti TNI dan Polri untuk menang. Intinya, curang agar menang. Namun, Mega tak menggunakannya. Hasilnya, SBY-JK menang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: