Caffe Hopping Jadi Terapi Sosial Baru di Kalangan Gen Z
Bagi Gen Z, café hopping bukan sekadar nongkrong, tapi cara menemukan ketenangan, ide baru, dan sedikit rasa aman di tengah hiruk-pikuk kota.-freepik-
HARIAN DISWAY- Aktivitas berpindah-pindah dari satu kedai kopi ke kedai lainnya, atau yang dikenal dengan istilah caffé hopping, kini menjelma menjadi fenomena sosial baru di kalangan generasi muda.
Fenomena ini tidak sekadar tentang menikmati kopi atau camilan, tetapi juga tentang menemukan suasana, membangun koneksi sosial, dan mengekspresikan identitas diri.
Para pelaku utama tren ini adalah Generasi Z—mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 yang memandang kafe sebagai ruang lebih dari sekadar tempat nongkrong.
Bagi mereka, kafe adalah ruang personal yang merepresentasikan gaya hidup, produktivitas, dan bahkan cara mencari ketenangan.
BACA JUGA:4 Rekomendasi Library Cafe di Surabaya, Tawarkan Pengalaman Baca yang Berbeda
BACA JUGA:7 Rekomendasi Board Game Cafe di Surabaya, Nongkrong Asik tanpa Gadget!
Lebih dari Sekadar Minum Kopi

KAFE yang tenang dan nyaman menjadi tempat bagi Gen Z untuk melepas stres dan mencari keseimbangan diri.-freepik-
Motivasi utama di balik tren caffé hopping adalah kebutuhan akan ruang sosial yang nyaman dan estetik.
Banyak Gen Z memilih kafe karena desain interiornya menarik, suasananya tenang, serta fasilitas seperti WiFi dan colokan yang lengkap.
Kafe juga menjadi ruang untuk mencari inspirasi. Tidak sedikit yang menjadikan suasana kafe sebagai latar konten media sosial atau tempat berburu foto agar tampil menarik di Instagram atau TikTok.
Kombinasi suasana nyaman dan visual menarik menjadikan caffé hopping lebih dari sekadar rutinitas akhir pekan—ia sudah menjadi bagian dari gaya hidup urban Gen Z.
BACA JUGA:Khusus Pecinta Makanan Manis, Cek Daftar Dessert Cafe di Surabaya yang Boleh Dicoba!
BACA JUGA:Kafe-Kafe Berikut Ini Pas untuk Anda yang Suka Work From Cafe Lho!
Caffé Hopping Sebagai Terapi Sosial
Sebuah penelitian di Denpasar menyebutkan bahwa kafe bisa menjadi “terapi sosial” bagi anak muda.
Arsitektur yang nyaman, pencahayaan alami, serta aroma kopi yang menenangkan terbukti membantu menurunkan tingkat stres dan meningkatkan suasana hati.
Berpindah dari satu kafe ke kafe lain juga memberikan efek psikologis positif. Pergantian suasana membuat otak merasa segar, sementara interaksi dengan barista atau teman sebaya menciptakan rasa keterhubungan sosial yang penting bagi kesejahteraan mental.
Dengan kata lain, bagi banyak Gen Z, café hopping bukan sekadar kegiatan konsumtif, melainkan salah satu bentuk self-care modern.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Dessert Cafe di Surabaya
BACA JUGA:Gak Bikin Kantong Menjerit, Ini Rekomendasi Cafe Murah di Surabaya, 20 ribuan Aja Dijamin Kenyang
Dampak Era Pasca-Pandemi
Tren caffé hopping semakin berkembang pesat sejak pandemi berakhir. Setelah bertahun-tahun terkungkung di rumah, banyak anak muda mencari lingkungan alternatif yang lebih dinamis dan terbuka.
Kafe menjadi pilihan ideal karena memberikan rasa aman, akses internet cepat, dan suasana produktif.
Fenomena work from caffé pun muncul, menjadikan kafe sebagai kantor kedua bagi pelajar, mahasiswa, hingga pekerja lepas.
Kebiasaan ini juga memperlihatkan pergeseran budaya kerja dan belajar yang lebih fleksibel. Gen Z ingin tetap produktif, tetapi dengan cara yang lebih menyenangkan dan tidak kaku.
Di Balik Tren yang Estetik

ANAK MUDA menikmati waktu di kafe estetik sambil berburu foto untuk media sosial, mencerminkan tren FOMO di kalangan Gen Z.-freepik-
Meski terkesan positif, caffé hopping juga memiliki sisi lain yang perlu diperhatikan.
BACA JUGA:Discover European-Style Cafe Vibes in Malang City
BACA JUGA:6 Hal Home Cafe Vibes yang Bikin Serasa Punya Kafe Sendiri di Rumah
Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh budaya FY (fear of missing out) yang membuat sebagian anak muda merasa perlu selalu mengikuti tren dan mengunjungi kafe yang sedang viral.
Tekanan untuk tampil di media sosial kadang mengubah tujuan awal café hopping yang seharusnya untuk relaksasi menjadi ajang pembuktian sosial.
Selain itu, kebiasaan ini bisa menjadi beban finansial tersendiri. Harga minuman dan makanan di kafe tidak selalu murah, apalagi jika dilakukan terlalu sering tanpa perhitungan.
Namun, hal ini juga menunjukkan betapa kuatnya peran media sosial dalam membentuk perilaku generasi muda masa kini.
BACA JUGA:Dekat Kampus Unair, Para Mahasiswa Bisa Kongko Seru di Roemah Kita Cafe and Resto
BACA JUGA:Bikin Betah Work From Cafe Seharian, Ini Pilihan Tempat yang Oke di Jalan Tunjungan Surabaya
Peluang Bagi Industri Kafe
Bagi para pemilik usaha kafe, tren ini tentu menjadi peluang besar. Mereka berlomba menghadirkan konsep unik, mulai dari desain interior yang fotogenik hingga menu signature drink yang menarik perhatian.
Banyak kafe juga mengadaptasi konsep work-friendly café, menyediakan meja besar, colokan listrik, dan suasana yang mendukung konsentrasi.
Tak heran jika kini kafe tidak hanya dipenuhi pengunjung yang mengobrol, tetapi juga mahasiswa yang mengetik tugas atau pekerja lepas yang menghadiri rapat daring.
Secara keseluruhan, café hopping di kalangan Gen Z menggambarkan perubahan cara bersosialisasi generasi muda di era digital.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Kafe 24 Jam di Surabaya Pusat, Cocok untuk Nugas, Nongkrong, dan Lembur Mahasiswa
BACA JUGA:Bikin Betah Nongkrong! Intip 5 Comfort Food yang Lagi Hits di Kafe Kekinian
Kegiatan ini menjadi wadah bagi mereka untuk berinteraksi, menemukan inspirasi, dan mengekspresikan identitas diri dengan cara yang menyenangkan.
Caffé hopping bukan hanya gaya hidup, tetapi juga bentuk healing sederhana di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Dengan secangkir kopi, suasana estetik, dan tawa bersama teman, Gen Z menemukan caranya sendiri untuk tetap waras dan terhubung dengan dunia. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber