Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif

Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif

ILUSTRASI Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Akademisi Indonesia Berperan dalam Riset Global Inklusi Disabilitas di Pendidikan Tinggi

BACA JUGA:Kafe Inklusif Difel: Pertamina Gandeng Disabilitas Bangun Kemandirian Lewat Kopi

Peringatan itu juga menjadi ajang memperkuat kolaborasi antarnegara, komunitas, dan individu demi mewujudkan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.

PERJUANGAN DAN PERAN KOMUNITAS DISABILITAS DI JAWA TIMUR

Di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, peringatan Hari Disabilitas Internasional memiliki makna yang mendalam. Berbagai komunitas penyandang disabilitas di wilayah itu menjadi motor penggerak perubahan nyata. Mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama dalam memperjuangkan hak-hak mereka sendiri.

Salah satu komunitas yang telah lama aktif adalah Komunitas Mata Hati. Didirikan tahun 2000-an, komunitas itu awalnya bernama Bright Eyes, yang terdiri atas anak muda penyandang disabilitas dan nondisabilitas. 

BACA JUGA:Pelatihan Hospitality untuk Siswa Disabilitas Tingkatkan Kepercayaan Diri

BACA JUGA:BNI Berdayakan Perempuan Disabilitas lewat Rumah BUMN Bekasi

Filosofi mereka, ”mata yang paling tajam bukanlah yang ada di wajah, melainkan yang ada di dalam hati”, menggambarkan semangat empati dan kepekaan terhadap sesama. Melalui kegiatan sosial dan seni, terutama musik, mereka berusaha membangun rasa peduli dan empati di masyarakat.

Selain itu, ada Omah Difabel, yang berdiri sejak 2015, sebagai wadah pemberdayaan ekonomi kreatif bagi penyandang disabilitas. Melalui pelatihan kerajinan tangan, batik, dan produk kerajasan lainnya, komunitas itu tidak hanya membantu mereka memperoleh penghasilan, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian.

Tak kalah penting, Kelompok Inklusif Disabilitas (KID) yang baru terbentuk pada 1 Desember 2022, berfokus pada pemberdayaan melalui pengembangan Posyandu Disabilitas di Kota Malang. 

Mereka bekerja sama dengan pemerintah desa dan komunitas lain untuk memastikan hak-hak penyandang disabilitas terpenuhi secara inklusif dan berkelanjutan.

Di bidang alam dan petualangan, Difabel Pecinta Alam (Difpala) menjadi komunitas yang menginspirasi. Berdiri sejak 2020, mereka adalah kelompok pendaki gunung pertama di Indonesia yang terdiri dari penyandang disabilitas. 

Melalui kegiatan pendakian dan jalan sehat, mereka menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk meraih mimpi dan menjaga kelestarian alam.

Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) yang berdiri sejak 2014 di Malang juga menjadi payung bagi berbagai komunitas disabilitas, termasuk Omah Difabel dan Difpala. Fokus mereka adalah perlindungan hak penyandang disabilitas dan peningkatan kesadaran inklusi di masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: