Kota Seribu Gua dan Festival Film Horor (FFH) 2025: Ke Pentas Nasional lewat Jalur Mistis

Kota Seribu Gua dan Festival Film Horor (FFH) 2025: Ke Pentas Nasional lewat Jalur Mistis

ONG HARRY WAHYU (kini) berjalan bersama Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (tengah) dan istri, menuju lokasi pembukaan Festival Film Horor (FFH) 2025 pada Jumat, 12 Desember 2025.--Dokumentasi Panitia FFH 2025

HARIAN DISWAY - Dalam peta sejarah, Pacitan adalah kota tua. Masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, kota yang identik dengan gua karst-nya itu dikepung Wonogiri, Ponorogo, dan Trenggalek. 

Topografi Pacitan yang didominasi perbukitan, membuat wilayah yang deretan selatannya berbatasan langsung dengan Samudra Hindia itu menjadi eksotis. Secara arkeologis, Pacitan menjadi daya tarik karena Pithecanthropus erectus (sekarang disebut Homo erectus), adalah manusia purba yang pernah tinggal di sana. 

Kisah di balik gua-gua yang menjadi kekayaan Pacitan menjadikan kota itu sarat aura mistis. Gua Kalak pernah menjadi tempat semadi Presiden ke-2 RI Soeharto. Gua Tetabuhan pernah menjadi tempat persemadian Sentot Alibasyah alias Sentot Prawirodirdjo saat Perang Jawa.

Keberadaan Gua Luweng Jaran dan Sungai Maron sering membuat Pacitan disejajarkan dengan Sungai Amazon dari segi keangkerannya. 

BACA JUGA:Ulasan Film Judheg (Worn Out) dalam Rangkaian JAFF 2025: Kebodohan, Kemiskinan, dan Cinta Monyet

BACA JUGA:Ulasan Film Pangku Karya Reza Rahadian: Memangku Hidup yang Tak Boleh Membeku

Sayangnya, orang sering dengan sadar memilih untuk mengabaikan pesona Pacitan karena faktor aksesibilitasnya. Mereka yang belum pernah ke Pacitan, pasti akan mengeluhkan perjalanan darat menuju kota kelahiran Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu. Harus sabar jika hendak ke Pacitan. 

Jalanan yang kanan kirinya dilindungi vegetasi hutan yang rimbun itu bukan jalur yang menyenangkan untuk ditempuh. Transportasi umum ke Pacitan tergolong langka. Hanya ada bus dan travel yang tidak 24 jam. Jangankan pesawat terbang, kereta api saja tidak lewat sana. 

Maka, ketika Pacitan mengajukan diri sebagai tuan rumah Festival Film Horor (FFH) 2025 di tengah keterbatasan itu, saya takjub. Lebih takjub lagi saat tahu bahwa Pacitan tak punya gedung bioskop. Salut!

Semuanya bermula dari lawatan kreatif Ong Harry Wahyu pada 2022. Lelaki kelahiran Madiun yang besar dan menjadi seniman di Yogyakarta itu menjelajah Pacitan tanpa agenda khusus untuk mengorbitkan kota tersebut menjadi pusat seni budaya. 


WHANI DARMAWAN (tengah) dan Pritt Timothy (kiri) menghadiri pembukaan FFH 2025. Keduanya terlibat dalam agenda festival sebagai narasumber kelas akting.--Dokumentasi Panitia FFH 2025

BACA JUGA:Festival Film Jerman KinoFest Angkat Sinema Terbaru tentang Keluarga dan Perempuan

BACA JUGA:Layar Lokal Film Festival (LLoFF) VI Bawa Misi Budaya, Edukasi, dan Pariwisata Sidoarjo

Namun, dalam petualangannya, Ong Harry Wahyu yang adalah art director itu bertemu Yusuf, aktivis teater lulusan ISI Yogyakarta. Mereka memperbincangkan film. Saat diskusi meruncing, bertemulah mereka dengan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji. 

Dalam pertemuan itulah lahir gagasan soal festival film. Gagasan itu mewujud menjadi festival setelah Garin Nugroho ikut memberikan sumbang saran. 

Pacitan memang belum melahirkan bintang film. Namun, kekayaan SDA dan geliat SDM-nya yang begitu kuat dalam bidang perfilman, membuat pembahasan soal festival film kian serius.

Apalagi, sejak 2019, Pacitan punya Ruang Film Pacitan (RFP). SMK 1 Pacitan pun punya jurusan yang mendukung produksi perfilman, seperti DKV dan broadcasting

BACA JUGA:Kembalikan Dongeng ke Rumah, Festival Dongeng Surabaya ke-10 Usung Jelajah Semesta

BACA JUGA:Festival Hanyi di Tiongkok, Tradisi Hangat untuk Mengenang Leluhur

Diskusi demi diskusi berlanjut sampai lahirlah Festival Film Horor (FFH) 2025 yang diketuai Idham Nugrahadi, salah seorang penggerak RFP. FFH 2025 berlangsung pada 12-14 Desember 2025. Tiga titik utama perhelatan festival adalah Pantai Pancer Dorr, Alun-Alun Pacitan, dan Rumah Dinas Bupati.

"Film maker yang mendukung FFH 2025 sangat banyak. Tercatat 285 film dikirimkan dalam festival ini," ungkap Idham. Sebagian besar karya berasal dari Pacitan dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Namun, ada satu peserta asal Sumatra dan satu lagi peserta dari Malaysia. 

Dalam pembukaan FFH 2025 pada Jumat, 12 Desember 2025, tokoh-tokoh film nasional hadir. Mereka adalah produser, sutradara, kritikus, dan aktor. Di antaranya Siti Fauziah, Dennis Adhiswara, BW Purbanegara, Pritt Timothy Projosoemantri, Ekky Imanjaya, Erina Adelina Tandian, Nurahmat Ardi Candra, Pius Rino Pungkiawan, dan Novi Kurnia.  

Garin yang sedang berada di India untuk sebuah festival, mengirimkan sambutannya lewat video. Ia menyelamati Pacitan yang sukses mewujudkan FFH 2025. Tak hanya screening film, festival juga disemarakkan dengan rangkaian workshop dan talkshow.


WARGA PACITAN antusias menyaksikan screening film dalam FFH 2025, festival film perdana di wilayah mereka. Rata-rata, mereka datang bersama keluarga dan teman.--Dokumentasi Panitia FFH 2025

BACA JUGA:Pemkab Pacitan Akan Genjot Sumber Energi Terbarukan Untuk Ecotourism

BACA JUGA:Museum SBY*ANI Pacitan Pasang 416 Panel Surya
 
Puncak acara pada Minggu, 14 Desember 2025, dimeriahkan pertunjukan musik oleh Kukuh Kudamai, Lilik dan Heru Shaggydog, Keroncong Sinoman, serta Keroncong Harmoni. 

“Mudah-mudahan FFH 2025 ini membuat Pacitan lebih berkembang. Semoga insan-insan film juga lebih terpicu untuk menghadirkan budaya lokal sebagai bagian dari industri film tanah air. Pacitan siap mewarnai perfilman nasional, dan bahkan internasional,” tandasnya. 

Harapan Idham itu adalah sebuah niatan positif yang perlu didukung oleh pemerintah dan seluruh ekosistem perfilman yang ada. Semoga! 

Selamat berfestival, Pacitan. Kami tunggu gelaran FFH 2026. (*)

*) Aktor dan Penulis Lakon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: