Olvi Jasinta sudah menemukan orang tuanya pada 2001 di Langowan, sebuah kota kecil di selatan Manado. Namun, pencariannyi tak berhenti. Dia menggali kisah adopsinyi yang terkesan ditutup-tutupi.
–
Adopsi bukanlah sebuah dongeng yang narasinya bisa dikarang-karang. Yang penting sang anak tenang dan tidak banyak tanya.
Adopsi bisa jadi sangat menyakitkan. Kebohongan seumur hidup yang tak diungkap.
Penggalan kalimat-kalimat itu saya baca di susunan konsep video dokumenter yang disusun Olvi Jasinta, Maret 2021. Rupanya Olvi juga punya proyek yang sama dengan Bob Schellens. Kisah perjalanan mereka akan difilmkan.
Keduanya juga sama-sama membawa misi mengungkapkan kisah anak-anak adopsi ke dunia. Ada yang tak beres pada 1973–1982. Sebanyak 3.040 anak asal Indonesia dicabut dari akarnya. ”Now is the time to reveal all sides of the adoption scandal (sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengungkap semua sisi skandal adopsi itu, Red),” ujar Olvi dalam Zoom meeting, Minggu, 28 Agustus 2022.
Kami bertemu Olvi di Surabaya pada 2 Agustus 2022. Namun, wawancara lebih dalam dilakukan saat Olvi sudah berada di rumahnyi di Breda. Dia tinggal di selatan Belanda. Jaraknya 100 kilometer dari Amsterdam. Lebih dekat ke Belgia karena berada di wilayah perbatasan.
Wawancara dimulai pukul 14.00 WIB. Atau pukul 09.00 waktu Belanda. Terlihat rumahnyi sangat rapi. Serbaputih. Maklum, dia adalah seorang desainer grafis. Semuanya serbaestetis.
Olvi Jasinta dalam zoom meeting di Breda, Belanda. Foto keluarga tertempel di dinding rumahnyi.-Salman Muhiddin/Harian Disway-
Di dinding rumah itu terdapat banyak foto wajah yang dicetak hitam putih. Semuanya adalah saudara Olvi dari Langowan. Dia menunjukkan foto saudara hingga omnyi. Namun, tidak ada foto sang ayah. ”My dad’s photo is in another room (foto ayahku ada di ruangan lain, Red),” ujar perempuan kelahiran 23 Oktober 1975 itu.
Lalu, di mana foto sang ibu? Tidak ada. Keluarga tak menyimpan foto mendiang Kori Wungkar. Dia meninggal 1 Januari 1976, saat Olvi masih berusia dua setengah bulan.
Dari sanalah drama adopsi itu dimulai. Sang ibu sakit parah seusai melahirkan Olvi. Rumah sakit tak bisa menyelamatkannyi. Kejadian tersebut begitu cepat.
Pada 1975, pertengahan November, terdapat pasangan Belanda yang datang ke Indonesia. Tujuannya, Anda sudah tahu: mencari anak adopsi.
Permintaan itu dikirim ke salah satu oknum pendeta asal Belanda yang pada saat itu sedang berada di Manado. Pendeta tersebut memanfaatkan jaringan gerejanya. Ia menghubungi pendeta lain yang berada di Langowan.
Olvi Jasinta (dua dari kanan) berfoto bersama tim Harian Disway, Ana Maria, dan Bob Schellens di Eastwood Citraland, Selasa 2 Agustus 2022.-Miftahul Rozaq/Harian Disway-