Pengaruh Tionghoa dalam khazanah kuliner Pontianak sangat kuat. Banyak sekali makanan yang merupakan hasil akulturasi di ibu kota Kalimantan Barat itu. Warga Surabaya bisa menikmatinya tanpa harus jauh-jauh ke sana. Cukup blusukan ke Kapasan Dalam.
Series Jejak Naga Utara Jawa (61) : Choipan Vegetarian di Tengah Kapasan
Sabtu 08-04-2023,21:17 WIB
Editor : Retna Christa
DI tengah-tengah Kapasan Dalam, tim Jejak Naga Utara Jawa menemukan Kedai Kungfu. Sebuah restoran yang menyajikan masakan khas Pontianak. Bangunan dua lantainya tampak baru. Tapi didesain ala Tiongkok lama. Dengan dinding yang dicat layaknya kayu. Papan nama beraksara Mandarin. Serta gantungan lampion merah di sana-sini. Instagrammable.
Bagian dalamnya lebih fusion. Masih bernuansa kayu, di belakang counter kasir terdapat display barang-barang antik dari Jawa serta Tionghoa. Ada teko dan cerek lurik berbahan enamel, guci-guci bermotif kalem khas Tiongkok, serta ornamen barongsai. Di dinding, terpasang poster-poster jagoan kungfu dari masa lalu. Mulai pendekar Shaolin sampai Bruce Lee.
BACA JUGA : Dulu untuk Perlawanan, Kini Olahraga
BACA JUGA : Tahu Gejrot, Paduan Budaya yang Asam-Manis
’’Karena Kapasan dulu dikenal sebagai Kampung Kungfu, maka restorannya dinamai Kedai Kungfu,’’ kata Garcia, putri pemilik kedai, ketika kami berkunjung pada 30 Januari 2023 lalu.
Tidak ada hubungannya antara kedai itu dengan aktivitas latihan kungfu di Kelenteng Boen Bio. Resto itu bukan langganan para praktisi kungfu. Bukan juga favorit para pendekar. ’’Malah udah jarang kan yang latihan kungfu. Banyakan yang main barongsai sekarang,’’ kata Garcia.
Kedai itu malah populer di kalangan pesepeda. Orang tua Garcia, Cyandra dan Yenny, mendirikan resto tersebut pada akhir 2021. Garcia lupa tepatnya. Yang jelas, saat itu, pandemi sedang parah-parahnya. Dan olahraga sepeda tiba-tiba nge-tren luar biasa. Kampung Kapasan Dalam jadi salah satu rute favorit. Yenny membuka kedai agar para pesepeda itu bisa mampir mengisi perut.
Buat Yenny dan Cyandara, warung itu hanya kegiatan sampingan. Bukanya hanya pagi. Saat para cyclist ramai melewati kawasan itu. Siang tutup. Tapi, kalau ada pembeli, ya dilayani.
Barulah pada Februari 2022, mereka membuka Kedai Kungfu di gang Kapasan Dalam II. Seiring dengan program revitalisasi Kampung Kapasan sebagai destinasi wisata pecinan. Gang kecil di depan kedai itu dipasangi deretan meja kursi. Dindingnya digambari mural suasana pedesaan Tiongkok. Beberapa stand UMK binaan Pemkot Surabaya berjajar rapi.
Retna Christa, anggota tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa, menjajal es nammong yang bercita rasa manis, asam, dan sedikit asin.-Boy Slamet-Harian Disway-
Bermacam kuliner khas Pontianak tersedia di Kampung Kungfu. Ada kwetiau, mi dan bihun, serta sup. Camilannya, sudah pasti, ada choipan. Dumpling ala Pontianak yang terbuat dari tepung beras dan tepung sagu dengan isian sayur. Kami memesan yam kwetiau, kwetiau siram, serta kwetiau goreng. Plus seporsi choipan. Minumnya teh liang, es jeruk sonkit, serta es nammong.
Nah, yang membedakan dengan resto-resto Pontianak lain, semua makanan di Kedai Kungfu untuk vegetarian. Tidak mengandung daging, telur, serta bawang. ’’Karena kita sekeluarga Buddha Maitreya. Memang kebanyakan (penganut Buddha Maitreya) vegetarian yang strict banget. Sampai makan bawang pun tak boleh,’’ papar Garcia yang berusia 18 tahun itu.
Maka, semua bahan daging diganti dengan daging sintetis. Dalam yam kwetiau, misalnya, ada potongan daging merah mirip charsiu babi. Tapi, itu adalah protein nabati yang dibuat dari kedelai. Demikian juga potongan dadu yang rasanya mirip ayam. Daging sintetis. Tak mengurangi kenikmatan. Tapi jelas lebih ramah buat yang ingin memangkas asupan lemak.
Kwetiau siram yang disuguhkan di Kedai Kungfu, Kapasan Dalam, Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-
Sekilas, choipannya tak berbeda jauh dari versi asli. Tapi, di Kedai Kungfu, isiannya tidak memakai ebi. ’’Biasanya, di Pontianak itu choipan diisi ebi, kucai, pepaya, dan bengkoang. Nah, kalau di sini cuma bengkoang aja,’’ jelas Garcia. Saat disajikan, sepiring choipan diberi taburan bawang goreng. ’’Kalau versi vegetarian, bawang gorengnya diganti kol goreng,’’ lanjut anak ketiga dari empat bersaudara tersebut.
Choipan vegetarian yang dijual di Kedai Kungfu, Kapasan Dalam, Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway-
Ketika digigit, choipan itu begitu lembut dan kenyal. Bengkoangnya manis dan segar, seperti apel. Namun, kol gorengnya memberi sensasi berbeda di mulut. Gurih dan crunchy, melengkapi rasa manis dari bengkoang.
Kami lantas mencuci mulut dengan segelas es nammong. Nammong adalah manisan jeruk sonkit. Varietas jeruk kecil-kecil khas Tiongkok yang memiliki cita rasa manis, asam, serta ada sedikit asinnya. Baik es sonkit maupun es nammongnya sama-sama segar. Yang versi manisan rasanya lebih kuat.
’’Jeruk sonkitnya sudah banyak di Surabaya. Tapi kalau manisan nammong ini kami datangkan dari Pontianak,’’ jelas Garcia.
Ah, makan siang yang menyenangkan. Nikmat, menyehatkan pula. (*)
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada, Boy Slamet.
SERI BERIKUTNYA : Masakan Peranakan di Ujung Pulau Madura
Kategori :