Series Jejak Naga Utara Jawa (60) : Tahu Gejrot, Paduan Budaya yang Asam-Manis

Series Jejak Naga Utara Jawa (60) : Tahu Gejrot, Paduan Budaya yang Asam-Manis

TAHU GEJROT, salah satu jajanan khas Cirebon yang punya jejak akulturasi budaya-Doan Widhiandono-Harian Disway-

Jamak diketahui bahwa tahu memang budaya kuliner Asia Timur. Tiongkok punya dou fu (豆腐). Jepang punya tofu. Di Nusantara, tahu lantas mewujud menjadi berbagai santapan olahan yang kreatif. Sekreatif warga Cirebon yang menciptakan tahu gejrot.
 
TIM Jejak Naga Utara Jawa berkumpul di kantor Radar Cirebon (Disway National Network/DNN), Senin siang, 16 Januari 2023. Sambil melepas penat setelah berkendara dari Jakarta untuk menelusuri jejak-jejak kebudayaan Tionghoa di ibu kota dan sekitarnya.
 
Beberapa jurnalis kawakan menemani kami. Ada Pemimpin Redaksi Rusdi Polpoke, General Manager Yuda Sanjaya, plus reporter berpengalaman Ade Gustiana. Pas. Bisa jadi tambahan bahan riset sebelum liputan. Bisa untuk menata alur liputan di kota yang baru kali pertama kami kunjungi tersebut.
 
 
Di situlah kami mengutarakan niat untuk meliput tahu gejrot. Di tempat yang disebut-sebut menjadi desa kelahiran penganan khas itu. Yakni, Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug.
 
Kami membaca bahwa di tempat itu pernah ada pabrik tahu. Pemiliknya warga Tionghoa. Tahu itu pun diolah menjadi beragam. Tidak hanya digoreng. Tetapi juga diberi guyuran bumbu modifikasi. Lahirlah tahu gejrot. Artinya, menu itu lahir sekitar awal abad ke-20 hingga era pra kemerdekaan. Lahir berkat paduan kebudayaan Nusantara dan Tionghoa. ’’Tapi nggak ada catatan sejarahnya, ya,’’ kata Halim Eka Wardhana, budayawan Cirebon yang juga kami temui di pengujung hari.
 
Dalam wawancara, Halim memang menjelaskan tentang berbagai kebudayaan Tionghoa di kotanya. Tentu, lelaki yang juga humas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Cirebon itu juga menyinggung soal makanan. Termasuk nasi jamblang dan nasi lengko. Soal asimilasi, semua masih berdasar cerita tradisi. Tidak ada kajian sejarah yang komprehensif.
 
Apa pun, kami tetap tertarik untuk mengunjungi desa yang disebut-sebut sebagai awal tahu gejrot tersebut. ’’Bisa ke Ciledug. Tapi tempatnya jauh,’’ kata Yuda Sanjaya, jurnalis yang punya minat besar pada kebudayaan tersebut.
 
Ternyata betul Cileduk terletak di sisi timur Cirebon. Sudah mepet dengan Jawa Tengah. Dari pusat kota, jaraknya sekitar 50 kilometer. Cukup menyita waktu. Terlebih, kami hanya punya waktu singkat di Cirebon. Hanya sehari. Sesuai rencana awal.
 
Karena banyak tempat menarik di Kota Udang itu, kami tidak langsung pergi pada Selasa, 17 Januari 2023. Kami mengunjungi Keraton Kasepuhan pagi itu. Kisah tentang arsitektur keraton tersebut juga koleksi Putri Ong Tien Nio, putri Tiongkok yang diperistri Sunan Gunung Jati, sudah pernah kami tampilkan pada seri-seri sebelumnya.
 
 
Di depan keraton itulah kami akhirnya mencicipi tahu gejrot. Yang dijual pada gerobak dorong. Yang penjualnya begitu bersahaja. Yang harganya juga bersahabat di kantong. Yakni Rp 10 ribu per porsi.
 
’’Katanya, yang asli tuh yang cobeknya hitam,’’ kata Ade Gustiana yang terus menemani kami. Maka, Doan Widhiandono, anggota tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa, pun berpesan ke penjual sepuh itu. Cobeknya harus hitam.
 

GEROBAK DORONG penjual tahu gejrot yang dijajal tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa.-TIRA MADA-HARIAN DISWAY-
 
Beberapa sumber menulis bahwa ciri khas tahu gejrot memang terletak pada wadahnya. Yakni, cobek tanah liat. Memang, banyak penjual kekinian yang membungkus tahu gejrot pada gelas plastik. Atau bahkan kotak styrofoam. Tapi, demi keaslian, kami minta cobek.
 
Memang, tak salah jika tahu gejrot menjadi salah satu ikon jajanan Cirebon. Cita rasanya begitu khas. Pas.
 
Tahu gejrot tidak menggunakan tahu padat. Yang dipakai adalah tahu berongga yang digoreng. Atau tahu gembos. Dan rongga-rongga itu membuat bumbu atau sausnya bisa menelusup ke sela-sela tahu.
 
Yang khas memang bumbunya atau sausnya. Manis-asam. Rasa dan tekstur saus itu juga khas. Tidak kental seperti kecap. Tetapi juga tidak terlampau cair seperti air. Terasa sekali bahwa saus itu dibuat dari gula merah. Ada sedikit rasa asin garam di situ. Juga gurih bawang putih. Plus kecut dari asam. Komplet.
 
Penyajiannya cukup simpel. Cabai hijau dan bawang merah diiris lantas dihaluskan pada cobek. Diulek. Setelah itu, tahu dipotong dan ditaruh pada cobek tersebut. Pemungkasnya adalah guyuran saus. Ini, yang katanya menjadi awal nama tahu gejrot. Sebab, dulu saus itu selalu ditaruh di botol. Dan ketika diguyurkan, ada suara jrot-jrot
 
Dan tahu gejrot itulah yang memungkasi liputan kami di Cirebon hari itu. Pemungkas yang nikmat. Jrot, jrot, slurrrp… (*)
 
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: