JAKARTA, HARIAN DISWAY - Tahun ini akan menjadi tahun yang amat kering bagi Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi dua fenomena suhu lautan ENSO dan Dipole yang membuat cuaca menjadi panas dan memicu berkurangnya curah hujan.
ENSO yang merupakan singkatan dari El Nino Southern Oscillation merupakan dinamika suhu lautan pasifik yang bisa menghangat maupun mendingin.
Kondisi ini sangat besar pengaruhnya pada wilayah-wilayah daratan yang mengitari pasifik.
Baik itu pantai barat Amerika dan Amerika Latin, Australia, Asia timur, kepulauan Filipina, Pasifik, sampai daerah Maritim Asia Tenggara termasuk Indonesia.
BACA JUGA:Marak Karhutla, Indonesia Memasuki Periode Kering hingga 2026
BACA JUGA:Karhutla Mulai Mengintai, Petugas Gabungan Padamkan Api di Barito Selatan
Suhu lautan bisa menjadi dingin (dibawah normal) yang kemudian dikenal dengan fenomena La Nina. Ataupun menjadi panas (diatas normal) yang kemudian populer dengan sebutan El Nino.
Sementara berbeda dengan ENSO, Indian Ocean Dipole (IOD) atau Dipole adalah dinamika suhu Samudera Hindia yang mempengaruhi cuaca di daratan sekelilingnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa sejam bulan Maret lalu, pihaknya telah melaporkan kecenderungan terus menguatnya El Nino.
“Periode La Nina (basah,Red) di Indonesia telah berakhir pada Februari 2023 kemarin. Lantas pada Maret-April kondisi ENSO pada kategori netral. Kemudian mulai Mei kemarin, ENSO terus menguat mendekati El Nino.” Jelasnya di Jakarta, 6 Juni 2023.
BACA JUGA:Luhut Ingatkan Soal El-Nino dan Kekeringan, Ini Analisis BMKG
Berdasarkan analisis mingguan BMKG terhadap dinamika ENSO, suhu di wilayah Nino 3 dan 4 yang paling dekat dengan Indonesia terus menghangat. Pada 4 Juni kemarin Indeks sudah mencapai 0.81
“Jika di bawah 1 berarti EL Nino kategori lemah. Ini sudah mendekati 1, kalau sudah 1 berarti masuk moderat.” jelas Dwikorita. Ia menyebut bahwa suhu akan terus naik.
Dampak El Nino ini kata Dwikorita akan semakin kuat/signifikan karena berbarengan dengan fenomena IOD Positif di Samudera Hindia. Pada kuartal ketiga bulan Mei kemarin, indeks IOD sudah mencapai 0.43 alias netral.
BACA JUGA:Ujicoba Ekoenzim, Para Dosen Ceburkan Cairan Biokimia Ke Danau ITS