SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ada yang unik dalam pementasan menyambut Hari Jadi ke-113 Hotel Majapahit, Surabaya pada Minggu, 11 Juni 2023.
Beberapa musisi berkumpul mengenakan atasan kemeja putih dan bawahan hitam dilengkapi dengan topi fedora. Beberapa di antara mereka menggunakan celana dengan suspender khas kostum pantomim. Pentas bertajuk Timeless Charm itu berlangsung pada Minggu, 11 Juni 2023.
Heri Lentho, sutradara, mengatakan, "Pemilihan kostum dilakukan untuk mengenang Charlie Chaplin. Ia pernah singgah di Hotel Majapahit yang waktu itu bernama Hotel Oranje. Tepatnya pada 1932," ungkapnya.
BACA JUGA:Geger Potongan Tubuh Manusia di Kenpark, Diduga Berkaitan Dengan Mutilasi Trosobo
BACA JUGA:Dua Penadah Mobil Xpander Milik Angelina Jadi Tersangka
Ia pun menampilkan para aktor pantomim ala Charlie Chaplin yang beraksi ketika lagu Rek Ayo Rek dimainkan. Banyak yang dapat dieksplorasi dari Hotel Majapahit. Tema Chaplin menjadi satu dari beberapa tema yang ditampilkan dalam pementasan itu.
Tema ini dipilih karena bagi Heri, kehadiran Chaplin di Hotel Majapahit adalah bagian dari sejarah hotel tersebut, juga bagi Kota Surabaya. Chaplin adalah aktor Hollywood pernah datang ke Kota Pahlawan, meski hanya sebentar saja.
Kahar Salamun, General Manager Hotel Majapahit menyebut bahwa Chaplin pernah menginap di kamar legendary suite nomor 47. "Nama Charlie Chaplin diabadikan sebagai nama kamar no 47 itu. Saat beliau kemari, sempat ikut meresmikan extension hotel," ujarnya.
BACA JUGA:Jonatan Christie Ingin Juara Lagi di Istora Senayan
Peristiwa itu diabadikan dalam sebuah foto yang kini dipajang di Balai Adika, Hotel Majapahit.
Kehadiran Chaplin di Surabaya diperkirakan untuk menghadiri perilisan film pertamanya, City of Lights di sebuah bioskop yang kini menjadi Museum House of Sampoerna.
BACA JUGA:Jadwal Siaran Timnas Indonesia vs Palestina di RCTI
BACA JUGA:Pembunuh Angelina Ingin Pasal 338 KUHP
Dalam pementasan yang dibesut oleh Heri juga ditampilkan berbagai jenis kostum. Seperti anggota komunitas sepeda yang berpakaian ala Jawa, pakaian ala kolonial Belanda, tentara Jepang, hingga kostum penari balet. Hal itu merepresentasikan berbagai budaya yang berkelindan sepanjang sejarah hotel itu.