HARIAN DISWAY - Telantarnya jemaah haji di Muzdalifah memang di luar perkiraan. Kemenag terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Sebab, efek dari keterlambatan di Muzdalifah kemarin imbasnya panjang. “Mohon do'a, kami sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak,” ujar Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Jatim Abdul Haris, Rabu sore, 28 Juni 2023.
Haris cuma mengatakan bahwa terjadi kemacetan yang cukup panjang menuju Mina. Setidaknya hingga pukul 23.00 waktu setempat. Ia pun berharap agar semua segera berjalan lancar. “Semoga semuanya dilindungi oleh Allah SWT,” singkatnya.
Jemaah asal Ngawi, Pamuji Setyawan, termasuk ikut maktab akhir ke Mina. Ia meninggalkan Muzdalifah pukul 11.30. “Kira-kira sampai jam 14.00 siang sudah terangkut semua,” jelasnya.
Berbeda dengan Dwi Prasetyo, jemaah asal Surabaya, lebih beruntung. Ia dapat antrean bus lebih awal. Bahkan, sudah tiba di Mina pada Rabu dini hari.
BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (16): Menunggu Dhuha di Muzdalifah
BACA JUGA:Kabar Dari Tanah Suci (10): Petugas Seksus Siap Menggendong dan Menyuapi Jemaah
“Saya di Muzdalifah sejak magrib, bermalam, terus jam 01.00 pagi langsung ke Mina,” tandasnya saat dihubungi Harian Disway, sore kemarin. Menurutnya, antrean bus itu sesuai undian awal. Yakni sebelum bertolak ke Arafah. Ia mendapat antrean awal bersama sejumlah kloter dari Embarkasi Surabaya.
Jemaah haji asal Surabaya Dwi Prasetyo di Mina, 28 Juni 2023.. -Dokumentasi Pribadi-Harian DIsway-
Prasetya pun punya lebih banyak waktu di Mina. Ia ditawari jumrah aqabah langsung dan sudah tahallul. Jalan kaki sekitar 3 kilometer dari hotel di Mina ke Jamarat. Bahkan berkesempatan menunaikan salat Iduladha.
“Nah, tadi pagi waktu keluar hotel, jalanan macet total,” katanya. Itulah kenapa banyak jemaah yang terdampar di Muzdalifah. Kepadatan juga terjadi di Masjidil Haram. Padahal, hari ini dijadwalkan Sa’i dan Tawaf. Tetapi, kata Prasetya, ia dan jemaah lain menundanya demi keamanan bersama. Tadi malam, Prasetya melanjutkan jumrah ula dan wustha di hari-hari tasyrik.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melihat kondisi di Mina jauh lebih berat dibanding di Arafah. Sebab, jemaah ada aktivitas melempar jumrah. Sampai selesai wukuf, dilaporkan ada tujuh jemaah wafat di Arafah.
Tentu, kata Yaqut, kejadian yang sama akan terulang di Mina bila persiapannya tidak matang. Akan banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia. “Kita sedang siapkan skenario agar jemaah yang mayoritas lansia ini bisa beribadah dengan nyaman tanpa harus gugur kewajiban hajinya. Mereka yang tidak mampu bisa dibadalkan lontar jumrahnya," sambungnya.
Ia meminta Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah. Sehingga tak ada satu pun yang memaksakan diri. (Mohamad Nur Khotib)