Meski memiliki berbagai keunggulan, makanan berbahan serangga tidak begitu saja dapat diterima sebagai sumber protein yang potensial. Persepsi budaya masyarakat yang masih menganggap tidak lazim dan menjijikkan.
BACA JUGA: Gangguan Mental BSD: 5 dari 100 Orang Kecanduan Belanja Online
Di negara Asia dan Afrika, serangga banyak disajikan utuh sedangkan di negeri Eropa, dan Amerika, serangga disajikan dalam bentuk yang berbeda seperti tepung, giling dan beku, kering.
Teknologi penyajian makanan berbahan serangga menjadi permasalahan tersendiri. Maka, untuk mendukung teknologi pangan serangga, Indonesia perlu memiliki SMK atau program studi entomofagi yang mengembangkan teknologi dan olahan pangan serangga.
Aspek lain yang menghambat popularitas edible insect adalah produksi dan rantai pasokan yang kurang stabil. Penyediaan serangga lebih mengandalkan alam.
Jika pengembangan serangga telah menjadi industri tidak menutup kemungkinan serangga dapat menggantikan sebagai sumber protein alternatif. (Dosen D4 Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga)