SELAMA di Makkah, kami menjalani dua kali ibadah umrah. Ketika pertama datang ke Kota Makkah dari Kota Madinah hari Sabtu, 20 Januari 2024, kami langsung melaksanakan umrah yang pertama malam harinya, pukul 22.00 hingga selesai pukul 02.00. Umrah kedua kami laksanakan Senin, 22 Januari 2024, pukul 14.30 hingga selesai pukul 17.20.
Umrah pertama kami lakukan atas nama diri sendiri. Pada umrah yang pertama, hajat kami lebih banyak mendoakan masa depan dan kebahagiaan anak kami, Nadia Egalita, dan mendoakan sanak-kerabat, serta mendoakan para kolega.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (10): Berempati pada Jamaah Backpacker
Pada umrah yang kedua, kami melakukan atas nama orang tua kami. Saya melakukan ibadah badal umrah mewakili ayah mertua saya, sedangkan istri saya melakukan badal umrah atas nama neneknya. Keduanya telah meninggal dunia, tetapi belum sempat melaksanakan ibadah umrah.
Ibu mertua sudah meninggal dunia juga, tetapi semasa beliau masih sehat sudah pernah melaksanakan ibadah umrah.
Baik pada umrah pertama maupun kedua, suasananya sangat ramai. Ratusan ribu jamaah bersama-sama melaksanakan umrah. Ibadah umrah tidak pernah berhenti dilaksanakan para jamaah secara bergantian. Tidak ada jam-jam yang sepi. Semua waktu selama 24 jam selalu ramai dipenuhi para jamaah dari berbagai negara yang menunaikan umrah.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (9): Bertemu Guru Idola di Tanah Suci
Setelah mengelilingi Ka’bah tujuh kali dan salat, kami melaksanakan sa’i. Ibadah sa’i yang ketika pertama umrah kami lakukan di lantai satu, sedangkan pada ibadah umrah yang kedua, kami laksanakan sa’i di lantai dua.
Di lantai dua, jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah sa’i lebih sedikit bila dibandingkan dengan lantai pertama yang penuh sesak jamaah. Setelah sa’i, rangkaian ibadah umrah yang kami lakukan terakhir adalah tahalul, yakni memotong rambut dengan gunting yang sudah kami siapkan.
BACA JUGA:The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa
Tahalul
Ketika rombongan kami melaksanakan tahalul, ada beberapa orang yang mendekati kami dan menawarkan meminjamkan gunting. Kami sejak awal sudah diberi tahu mutawif kami agar tidak mengambil gunting yang ditawarkan orang-orang itu. Sebab, risikonya kami kemudian akan dimintai sejumlah uang.
Mereka bisa minta 10 riyal, 20 riyal, bahkan lebih. Orang-orang yang menawarkan pinjaman gunting bisa ibu-ibu, bapak-bapak, tetapi bisa pula anak-anak. Semua motifnya sama, memanfaatkan ketidaktahuan jamaah agar bisa dimintai uang. Para jamaah yang tidak tahu bukan tidak mungkin kemudian menjadi korban.
BACA JUGA: The Other Side of Umrah (7): Jalur Alternatif ke Raudhah
Sebelum berangkat, ketika melakukan manasik, kami diberi tahu pihak travel agent agar membawa gunting sendiri. Jadi, kami sudah mempersiapkan sejak awal dan berjaga agar tidak menjadi korban perilaku sebagian orang yang mencoba memanfaatkan situasi. Kalaupun ada anggota rombongan kami yang meminjam gunting, itu dilakukan di antara sesama anggota sendiri.