The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa

The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa

BAGONG Suyanto dan Rahma Sugihartati sedang di kereta api cepat menuju Kota Makkah.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

SABTU, 20 Januari  2024, adalah hari terakhir kami di Kota Madinah. Sore, sekitar pukul 16.30, kami naik kereta api cepat Haramain High Speed Railway menuju Kota Makkah. Keretanya sangat bersih dan nyaman. Harga tiket kereta api ke Makkah SAR 172,5 atau tidak lebih dari Rp 1 juta per orang di kelas ekonomi. 

Kami sebetulnya berencana mengambil miqat di Masjid Bir Ali sembari sekalian salat di sana. Namun, karena situasi tidak memungkinkan, akhirnya kami hanya berdoa di halaman Masjid Bir Ali, dan kemudian langsung menuju stasiun kereta api Madinah. 

Kami tiba di stasiun kereta api pukul 15.00. Agak mepet dari jadwal karena jalanan siang itu ternyata macet.

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (7): Jalur Alternatif ke Raudhah

Hari Sabtu itu kami berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah umrah. Setelah menempuh perjalanan dengan kereta api sekitar 3 jam, pukul 17.40 kami tiba di Kota Makkah. 

Kecepatan kereta api kami lihat dari layar televisi di masing-masing gerbong sekitar 300 km per jam. Kereta api yang kami naiki berjalan tenang dengan kecepatan yang konstan. 

Di layar televisi kami juga bisa melihat peta perjalanan kereta api seperti peta yang ada di pesawat terbang. Jadi, kami bisa mengetahui dengan pasti di mana posisi kereta api setiap detiknya.

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (6): Serasa Umrah di Indonesia

Kota Makkah relatif lebih ramai daripada Kota Madinah. Lampu-lampu tampak lebih gemerlap dengan bangunan menjulang dan jumlah hotel yang lebih banyak daripada Madinah. 

Jumlah jamaah yang ada di Kota Makkah juga terlihat jauh lebih ramai. Rentetan ibadah umrah, mulai tawaf, sa’i, hingga tahallul kami laksanakan setelah makan malam. 

Sekitar pukul 21.30 kami mulai start dari hotel, berjalan bersama rombongan jamaah dari Universitas Airlangga untuk memulai ibadah umrah. Kami didampingi mutawif kami, Ustad Abidin.

BACA JUGA:The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas

Jamaah Lansia

Menyaksikan kali pertama Ka’bah, harus diakui, membawa kami pada suasana yang berbeda. Ada aura spiritual yang kuat. Sebagian jamaah rombongan kami menangis terharu, ada yang matanya memerah berkaca-kaca, dan ada yang terdiam memandang dengan tatapan nanar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: