The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa

The Other Side of Umrah (8): Jamaah-Jamaah Lansia yang Luar Biasa

BAGONG Suyanto dan Rahma Sugihartati sedang di kereta api cepat menuju Kota Makkah.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

Bagi kami yang belum masuk kategori lansia, masih berusia kepala 5, melaksanakan ibadah tawaf harus diakui cukup melelahkan. Belum lagi ketika kami harus melaksanakan ibadah sa’i. 

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (1): Bersikap Ikhlas Ternyata Tidak Mudah

Sa’i adalah ibadah tahap kedua dari serangkaian ibadah umrah yang harus kami lakukan setelah tawaf dan salat di pelataran Ka’bah selesai. 

Berbeda dengan tawaf yang tidak terlalu menguras energi, ibadah sa’i dilakukan para jamaah dengan berjalan kaki dan terkadang berlari kecil bolak-balik antara Safa dan Marwah. 

Jarak sekali jalan sekitar 450 meter. Jadi, jika para jamaah diharuskan berjalan selama tujuh kali dari Safa ke Marwa, total jarak yang harus ditempuh adalah 3.150 meter atau lebih dari 3 kilometer. 

Bagi jamaah lansia yang berasal dari golongan mapan, mereka biasanya ditemani sanak-kerabatnya. Sebagian besar naik kursi roda yang didorong petugas, baik ketika tawaf maupun sa’i. 


BAGONG Suyanto dan Rahma Sugihartati beristirahat setelah tawaf di Masjidilharam.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

Namun, tentu saja jamaah harus membayar. Setiap jamaah yang melakukan ibadah tawaf dan sa’i naik kursi roda, mereka membayar sekitar SAR 300 hingga 350. Itu sekitar 1,5 juta rupiah per orang. 

Bagi jamaah yang memiliki uang cukup, itu tentu tidak masalah. Walakin, bagi jamaah lansia yang berasal dari golongan menengah ke bawah, mereka umumnya lebih memilih tetap berjalan kaki.

Di tengah arus para jamaah melaksanakan ibadah sa’i, kami melihat ada jamaah lansia yang berjalan pelan di pinggir. Sebagian ada yang memakai tongkat. Jamaah lansia dari Bangladesh, India, dan Pakistan sering kali kami temui selama melakukan ibadah sa’i. 

Ketika memasuki belokan di Marwah, kami melihat jamaah lansia yang berjalan kaki itu tampak kesusahan. Kondisi jalan yang agak menanjak tentu berat bagi tubuh mereka yang sudah renta. 

Meski begitu, yang luar biasa adalah ketegaran dan tekad mereka melaksanakan sa’i. Meski sangat pelan dan kerap kali harus berhenti di tengah jalan untuk beristirahat, para jamaah lansia yang sederhana itu tetap ikhlas menjalaninya.

Sampai kami menyelesaikan ibadah sa’i berjalan bolak-balik tujuh kali antara Safa dan Marwah, perhitungan kami para jamaah lansia itu mungkin baru selesai melakukan perjalanan sekali Safa dan Marwah bolak-balik. 

Artinya, masih ada lima kali perjalanan sa’i yang harus ditempuh. Kami keluar dari perjalanan sa’i pukul 02.00. 

Entah, para jamaah lansia yang berjalan kaki itu selesai pukul berapa? Mungkin pukul 04.00 atau bahkan lebih. Bergantung berapa lama waktu istirahat yang mereka butuhkan untuk memulihkan tenaga dan semangatnya melakukan ibadah sa’i.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: