Jelang Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Asia Tenggara: Gembala yang Melawan Usia Renta

Sabtu 31-08-2024,14:14 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Misa Bersama Paus Fransiskus di GBK Dihadiri 86 Ribu Umat Katolik

Beberapa pekan silam, hanya sedikit orang yang yakin bahwa Paus mampu melakukan perjalanan jauh ini. Lorong-lorong Vatikan seperti dipenuhi dengung dari orang-orang yang mengkhawatirkan kesehatan Sri Paus.

Bahkan muncul kalimat-kalimat skeptis. Masih perlukah seseorang yang berusia demikian sepuh harus melakukan banyak hal, 16 kali pidato, lusinan pertemuan, hingga beberapa misa akbar di empat negara?

’’Bapa Suci masih meyakini bahwa kita memang perlu memaksa diri semaksimal mungkin,’’ kata seorang diplomat senior Vatikan yang diwawancarai Agence France-Presse.

’’Tahun ini, beliau merasa mampu. Tahun depan, rasanya sudah tidak begitu lagi,’’ tambahnya.

Faktor kesehatan memang cukup menjadi perhatian petinggi Vatikan. Sebab, alasan kesehatan itulah yang membuat mendiang Paus Benediktus XVI membuat keputusan bersejarah itu: mundur. Sebelum itu, Paus terakhir yang mundur dari jabatannya adalah Paus Gregorius XII pada 4 Juli 1415.

Namun, Paus Fransiskus memang militan. Khas para pastor-pastor Jesuit, ordo yang didirikan Santo Ignasius dari Loyola tersebut.

Paus Fransiskus berpendapat, kunjungan apostolik adalah bagian penting dari tugasnya sebagai gembala umat. Untuk tanpa henti menebarkan ajaran iman kepada pengikut Katolik di kolong jagat.

Dengan kunjungan apostoliknya yang ke-45 ini, Paus Fransiskus membuktikan dirinya sebagai gembala yang mencintai umatnya. Jauh dari birokrasi Vatikan dan lebih memilih mendekat kepada umat biasa. Itulah yang tampaknya memberikan energi dan momentum bagi Paus Fransiskus.

Karena tak mampu lagi naik tangga, Paus Fransiskus selalu memakai elevator setiap naik pesawat. Ia juga lebih banyak duduk. Begitu pula setiap melakukan konferensi pers di pesawat setiap kali ia pulang dari kunjungan kepausan.

Memang, Paus Fransiskus selalu melawat disertai tim dokter dan perawat pribadi. Tetapi, menurut sumber Vatikan, tak ada yang berbeda dalam setiap kunjungan. Tidak ada atensi khusus.

’’Kondisi beliau secara umum cukup bagus. Tak ada yang harus dikhawatirkan di musim panas ini,’’ kata sumber tersebut.

Salah satu apresiasi muncul dari Andrea Ungar, Presiden Masyarakat Gerontologi dan Geriatri Italia. ’’Kunjungan ini sekali lagi membuktikan kekuatan spirit Paus. Menunjukkan kepada kita, bahwa banyak hal masih bisa dilakukan meskipun seseorang sudah sepuh,’’ ucap Ungar.

’’Motivasi yang kuat bisa memberikan energi luar biasa. Ini contoh yang bagus untuk para lanjut usia. Semakin kukuh kita berdiri, semakin kukuh pula hidup kita,’’ ucapnua.

Dan energi itu pula yang membuat jadwal Paus begitu padat hingga akhir tahun. Dua pekan setelah kunjungan ke Asia Tenggara, Paus dijadwalkan melawat selama empat hari di Luxembourg dan Belgia mulai 26 September 2024.

Pada Oktober 2024, ia akan mengadakan Sidang Umum Sinode Para Uskup. Itu adalah pertemuan besar pemimpin gereja sedunia untuk menentukan arah masa depan Gereja Katolik.

Kategori :