Amel dan Suara Komunitas Tuli di Universitas Negeri Surabaya

Minggu 06-10-2024,14:53 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Viona Amelia Putri adalah penyandang tuna rungu. Kendati begitu, Amel, panggilan akrabnya, tidak merasa minder sama sekali. Ia bahkan didapuk sebagai ketua sekaligus pendiri komunitas tuli di Unesa.

Sekitar 40 orang tergabung dalam komunitas yang ia dirikan. Komunitas ini dibentuk karena keresahannya saat berkuliah. Amel merasa perlu melakukan usaha lebih untuk aktif di kampus. Bahkan, ia harus duduk di depan agar dapat diperhatikan oleh dosennya.

"Misalnya, saat ingin bertanya, aku harus duduk di depan dan menggunakan ponsel untuk menuliskan pertanyaanku," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan teman-teman yang mendengar. Jika ia belum memahami materi yang disampaikan dosen, ia merasa kesulitan untuk menanyakannya kepada teman sebangku.

Apalagi jika teman sebangkunya juga tidak paham. Akhirnya, teman tersebut harus menjadi suara Amel untuk bertanya kepada dosen.

BACA JUGA:Mahasiswa Internasional Unesa Unjuk Diri di Internasional Cultural Festival 2024

BACA JUGA:International Cultural Festival 2024 di UNESA: Merayakan Keberagaman Budaya Dunia

Selain itu, saat presentasi, karena belum ada kesadaran untuk menggunakan bahasa isyarat, ia akan meminta temannya untuk berbicara.

Dari situ, Amel memutuskan untuk membangun komunitas tuli di Unesa.

"Tidak hanya teman-teman tuli, tetapi juga ada teman mendengar yang ingin belajar bahasa isyarat," ujarnya. Bahkan, Amel menemukan bahwa beberapa teman tuli tidak bisa berbahasa isyarat Indonesia.

Mereka yang tidak bisa berbahasa isyarat biasanya menggunakan ekspresi. Menurut Amel, banyak dari mereka yang tidak pernah belajar tentang bahasa isyarat Indonesia.

Ia mengamati bahwa minat untuk belajar bahasa isyarat sebenarnya cukup besar. Amel membagikan pengalamannya saat menjadi sukarelawan di Labuan Bajo.

BACA JUGA:Cetak Rekor MURI, 16.827 Mahasiswa Baru Unesa Bersurat Kepada Presiden Terpilih

BACA JUGA:Unesa Inisiasi Model Pariwisata Kesehatan Berkelanjutan di Desa Wisata Tamansari, Banyuwangi

"Saat di sana, saya mengajarkan bahasa isyarat (Bisindo) kepada anak-anak, dan dalam beberapa hari saja, mereka sudah bisa mengeja nama mereka dengan bahasa isyarat," ucapnya dengan bangga. Bahkan saat Amel pulang setelah menyelesaikan kegiatan sukarelawannya, mereka menangis dan tidak ingin Amel pergi. 

Kategori :