Akademisi Menjadi Menteri, Harapan Baru dan Optimisme

Rabu 30-10-2024,14:06 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani*

BACA JUGA:Gus Ipul, Menteri 50 Hari

BACA JUGA:Siapa Supermenteri Kabinet Prabowo?

Untuk mewujudkan tujuan ideal dan berat tersebut, tidak sembarangan para menteri dan wakil menteri yang dipilih presiden. Semuanya telah dipikirkan secara matang dan saksama karena mengawal bidang pendidikan tidak seperti mengawal perusahaan atau badan usaha lainnya. 

Bidang pendidikan berkaitan dengan berbagai aspek yang terlibat di dalamnya, khususnya aspek pedagogi dan ditaktik-metodik. Hal itu memerlukan keahlian dan pengalaman yang komprehensif dan holistik. 

Oleh karena itu, adanya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Pendidikan Tinggi pada Kabinet Merah Putih ini disambut dengan penuh harapan dan optimisme. 

BACA JUGA:Kementerian Baru Prabowo

BACA JUGA:Menteri AHY dan Pergeseran Bandul Politik

Sebab, menteri dan wakil menteri dari kalangan akademisi yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan dan sangat memahami persoalan pendidikan serta solusinya.

Pendidikan merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terkait dengan tujuan, kurikulum, metode, pendidik, anak didik, sumber belajar, dan lain sebagainya. 

Itu memerlukan kebijakan spektakuler dan tepat sasaran terkait pembangunan SDM yang melibatkan berbagai aspek kemanusiaan. 

Baik intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), spiritual quotient (SQ), artificial intelligence (AI), maupun kecerdasan lainnya yang memerlukan sosok leader yang tepat dan memiliki keahlian serta kaya pengalaman. 

BACA JUGA:Desentralisasi Ganjar vs Menteri Kota Anies

BACA JUGA:Borobudur, Mitos Stupa, dan Tugas Menteri

Dengan demikian, tepat sekali dimandatkan oleh presiden kepada kalangan yang memiliki kompetensi, pengalaman, dan ahli di bidang pendidikan, yang biasa dikenal dengan ungkapan menempatkan seseorang sesuai keahlian dan kapasitasnya.

Problem pendidikan di lapangan sangat kompleks dan menantang. Mulai kurikulum, peningkatan kualitas pendidik, anak didik, pemerataan, akses pendidikan, sarana prasarana pendidikan, sampai anggaran pendidikan.

Kurikulum di Indonesia telah dilalui sesuai tantangan dan perkembangan zaman yang menyertai masing-masing pemerintahan. 

Kategori :