“Niscaya, masyarakat akan lebih bijak dalam memanfaatkan tanaman herbal,” tegasnya optimis.
Hasil riset dan penelitian Fatma salah satunya terwujud melalui peluncuran ITS Djamoe pada 2022.
Sebagai penanggung jawab, dia mengungkapkan bahwa timnya telah mendistribusikan 10.000 paket jamu rempah ITS Djamoe kepada pasien Covid-19 untuk meningkatkan imunitas.
BACA JUGA: Doktor ITS Manfaatkan AI untuk Analisis Aktivitas Manusia, Krusial Bagi Dunia Kesehatan
“Hingga kini, produk ITS Djamoe sudah dapat dinikmati publik dengan formulasi yang lebih matang,” lanjut Fatma, yang juga merupakan presiden Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia.
Fatma menjelaskan bahwa risetnya turut berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.
Dengan melibatkan masyarakat pedalaman, dia yakin penelitiannya mampu menciptakan keberlanjutan alam sekaligus memberdayakan masyarakat secara luas.
BACA JUGA:ITS Catatkan Rekor Muri Lewat Karya Catra Warna Maba
“Minum jamu bukan hanya sekadar budaya, tetapi ada sains di belakangnya yang memberikan banyak manfaat,” terangnya.
Rekam jejak Fatma di bidang riset telah membawanya meraih lebih dari 30 penghargaan di tingkat nasional dan internasional.
Beberapa pencapaian, seperti memenangkan International L’Oréal-UNESCO for Women in Science (FWIS) dan Elsevier Foundation Awards for Early-Career Women Scientists in the Developing World, juga menjadi faktor penting kehadirannya di daftar peneliti terbaik dunia.
Siti Fatmawati dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (abmas) ITS untuk mempromosikan sains pada anak-anak pelosok di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu.-Humas ITS-
Melalui penghargaan The Asian Scientist 100, Fatma merasa bersyukur karena ini membuka lebih banyak peluang untuk mendukung risetnya di kancah global.
Baginya, pencapaian ini juga mengharumkan nama ITS di mata dunia. “Pesan saya, jadilah peneliti yang berani dan progresif karena sains adalah jalan menuju kemanusiaan,” tuturnya dengan penuh makna. (*)