Dedolarisasi, Strategi LCS Melawan Hegemoni America First ala Trump

Selasa 17-12-2024,10:56 WIB
Oleh: Sukarijanto*

TAMPILNYA kembali Trump ke Gedung Putih, diyakini banyak ekonom, akan melanjutkan kebijakan yang pernah ditempuhnya di era 2016–2020. 

Doktrin ”America First” adalah pendekatan kebijakan luar negeri yang diusung Donald Trump, yang memprioritaskan kepentingan nasional Amerika Serikat (AS) di atas segalanya, mengurangi ketergantungan AS pada impor, dan memajukan industri dalam negeri. 

Konsep itu membawa dampak signifikan pada berbagai aspek, termasuk hubungan luar negeri, kebijakan ekonomi dan perdagangan, serta pola interaksi dengan sekutu maupun lawan. 

BACA JUGA:Kemenangan Trump: Doktrin ”America First” dan Implikasinya ke Pasar Global

BACA JUGA:Make America Great Again, Kemenangan Donald Trump dan Bangkitnya Maskulinitas Hegemonik

Dengan fokus pada prioritas domestik, kebijakan itu sering kali memicu ketegangan dengan negara lain, terutama ketika menyangkut isu perdagangan dan aliansi strategis. 

Ketegangan tersebut dapat mengakibatkan gejolak di pasar global dan memengaruhi harga komoditas serta menciptakan ketidakpastian di kalangan investor. 

Kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris dimaknai para analis politik dan ekonom sebagai ”turning point” pemerintah AS mengembalikan marwah negeri Paman Sam sebagai motor ekonomi dunia yang sempat memudar di era Joe Biden. 

BACA JUGA:Kemenangan Donald Trump dan Implikasinya bagi Indonesia

BACA JUGA:Tantangan Kabinet Prabowo Pasca Kemenangan Trump

Berdasar catatan Bureau of Economic Analysis (BEA) Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Juli 2023, hubungan dagang AS-Tiongkok menciptakan perputaran uang lebih dari 690,5 miliar dolar AS pada 2022. Sebanyak 153,8 miliar dolar AS dari ekspor dan 536,7 miliar dolar AS dari impor. 

Namun, AS harus rela mengakui bahwa Tiongkok mencatatkan nilai surplus hasil perdagangan bilateral tersebut. 

Pada Desember 2022, AS memang mengalami surplus perdagangan dengan beberapa negara di Amerika Selatan, Belanda, Inggris, Australia, Hongkong, Belgia, Brasil, dan Singapura, tetapi harus menelan pil pahit terperosok ke lubang defisit ketika melakukan transaksi dagang dengan Tiongok. 

BACA JUGA:Belajar dari Dua Kali Penembakan Trump

BACA JUGA:Dua Wanita Gagal Taklukkan Donald Trump

Kategori :