BACA JUGA:Prabowo Penerima Manfaat Program MBG Capai 82,9 Juta Siswa di Akhir 2025
BACA JUGA:Suplai Susu untuk MBG Masih Belum Merata, Pemerintah Siap Impor 200 Ribu Ekor Sapi Perah
Kasus keracunan massal yang menimpa 40 siswa ini meyakinkan Dicky bahwa adanya kasus ini juga semakin membuktikan bahwa MBG tidak hanya sekadar memberikan makanan yang bergizi, tetapi juga mencakup aspek lain yang harus diperhatikan,termasuk proses penyediaan makanan hingga pasca konsumsi. Semua hal tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah.
“Ini juga semakin membuktikan bahwa MBG bukan sekadar memberikan makanan bergizi, tetapi ada aspek lain yang harus diperhatikan, termasuk proses penyediaan makanan hingga setelah konsumsi. Sampahnya juga harus dimanage dengan bai,” ucapnya kepada awak media
Selain itu, pihak-pihak atau pemangku kepentingan yang terkait dengan implementasi MBG dan potensi risiko lainnya harus terlibat sejak awal untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program MBG ini.
Di akhir, Dicky juga mengingatkan bahwa program ini bukanlah program sesaat, dan akan berlangsung selama lima tahun kedepan. Maka dari itu, konsistensi dari proses sanitasi makanan ini menjadi poin utama untuk mencegah kasus-kasus serupa terjadi.
“Konsistensi atau keberlanjutan dari MBG harus jadi tujuan dan acuan. Programnya Sebenarnya bisa dilakukan dengan start yg minimal difokuskan pada kelompok utama dulu misalnya” Pungjkas Mantan Sekretaris Dewan Pengawas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 2016–2018 itu. (*)
*) Mahasiswa Magang dari Universitas Airlangga