Pembunuhan di Hotel DoubleTree Surabaya, Percayai Intuisi Bahaya

Sabtu 18-01-2025,11:20 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

BACA JUGA:Pembunuhan Antara Benci dan Kepepet

AKP Grandika: ”Berdasarkan tersangka, penyebab cekcok adalah korban masih membahas pria mantan pacar. Maka, tersangka cemburu. Mereka cekcok. Katanya, korban melawan sehingga mereka berkelahi.”

Perkelahian berakhir saat Ilham dapat kesempatan mencekik korban dari arah belakang. Korban berusaha berontak. Cekikan diperketat. Korban pun tidak berkutik. Itu bentuk cekikan mematikan. Dalam olahraga duel mixed martial arts, cekikan begitu disebut teknik rear naked choke. Cekikan mengunci leher. 

Tapi, kalau Ilham dan Ma’rifatul duel, kan tidak sepadan. Apalagi, cekikan itu diperketat. Akhirnya korban lemas. Cekikan dilepaskan. Korban ambruk ke lantai di depan TV. Ilham mengamati, korban tak bergerak lagi. 

Ia mengaku ke polisi, ia tidak memindahkan lokasi tubuh itu. Ia mengaku berusaha membangunkan, tapi korban tetap tidak bergerak.

BACA JUGA:CCTV Ungkap Pembunuhan Mahasiswi Universitas Negeri Malang

BACA JUGA:Pembunuhan Sadis di Gresik

AKP Grandika: ”Tersangka menunggu sampai azan Subuh berkumandang. Setelah azan, korban tetap tidak bergerak, tersangka yakin bahwa korban meninggal. Saat itulah tersangka berpikir panjang: Ia check-in menggunakan KTP. Juga, seluruh CCTV di hotel itu merekam wajahnya. Maka, ia menyerahkan diri ke Polsek Tegalsari, mengakui membunuh.”

Di Polsek Tegalsari, polisi koordinasi dengan Polsek Genteng. Sebab, TKP berada di wilayah Polsek Genteng. Langsung, Ilham dijemput polisi Polsek Genteng, ditetapkan tersangka, ditahan. Ia dijerat Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. 

”Masih diproses, apakah ada unsur perencanaan?” ujar Grandika.

BACA JUGA:Saksi Alibi Pembunuhan Subang

BACA JUGA:Motif Pembunuhan Subang

Korban mustahil diwawancarai untuk mengetahui konstruksi perkara sesungguhnya. Tapi, dari kronologi di atas, mungkin korban galau. Antara pilih mantan atau pilih Ilham. Di kebimbangan itu, dia mau disuruh Ilham, berangkat dari Malang ke Surabaya. Berarti, dia mengabaikan intuisi bahwa pertemuan tersebut sangat bahaya.

Intuisi bahaya dimiliki setiap orang. Sebagai ilustrasi untuk bahan analisis, tragedi yang mirip itu dialami Melissa Dohme dari Florida, Amerika Serikat (AS). Terkait intuisi bahaya.

Dikutip dari BBC News, 17 Januari 2017, berjudul Marrying the man who saved my life, berikut ini pengalaman pribadi Melissa Dohme yang diceritakan kepada Outlook di BBC World Service.

Pada 2011 Melissa berusia 20 tahun. Dia mahasiswi bidang studi keperawatan, sekaligus bekerja sebagai resepsionis rumah sakit setempat. Dia berpacaran dengan teman SMA bernama Robert Burton. Melissa menggambarkan Robert begini:

Kategori :