Merek juga harus lebih selektif dalam memilih influencer untuk promosi mereka. Agar tidak terkesan terlalu memaksa konsumen untuk membeli.
Fenomena deinfluencing menunjukkan bahwa audiens kini semakin pintar dan lebih kritis dalam menerima informasi.
Konsumen tidak lagi ingin dibombardir dengan ajakan membeli produk tanpa pertimbangan matang. Mereka lebih mengutamakan kejujuran dan transparansi.
BACA JUGA: Kembali ke Buku Fisik: Tren Membaca di Era Digital
Hal itu juga menjadi tantangan besar bagi influencer dan merek untuk beradaptasi dengan permintaan pasar yang lebih selektif.
Ke depan, para pembuat konten harus kembali kepada nilai-nilai autentik. Serta mengedepankan pengalaman nyata. Bukan sekadar mencari keuntungan finansial dari setiap endorsement yang mereka lakukan. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka Surabaya.