Selain itu, dalam hal-hal yang seharusnya dianggap penting seperti rapat, seringkali pimpinan tidak hadir dan diwakilkan oleh stafnya. Padahal, kehadiran pimpinan dalam rapat memberikan semangat kepada karyawan, karena mereka merasa didengar, dilindungi, dan diberi solusi langsung atas masalah yang dihadapi.
BACA JUGA: Dosen Perempuan dan Tantangan Kerja Dunia Akademik
Namun, jika pimpinan tidak hadir, staf mungkin cenderung mempermanis hasil rapat atau menyampaikan hanya hal-hal yang baik saja, tanpa memperhatikan aspek yang seharusnya perlu diperbaiki.
Ada kesenjangan lain yang terjadi dalam acara sosial atau perayaan di tempat kerja, seperti buka puasa bersama atau halal bi halal. Ada perbedaan perlakuan antara acara khusus untuk karyawan dan acara khusus untuk pimpinan.
Pada acara khusus untuk karyawan, pimpinan seringkali tidak hadir dan cukup diwakilkan oleh staf yang itu-itu lagi. Jika pun ada, acara permintaan maaf formal seringkali tidak diadakan karena dianggap bahwa mereka sudah bebas dari dosa.
Absennya pimpinan dalam momen penting merefleksikan lemahnya penghargaan terhadap kontribusi nyata para pendidik.--Getty Images Signature
BACA JUGA: Pendidikan, Pemimpin, dan Kemajuan Bangsa
Hal ini mencerminkan perlakuan yang tidak memadai terhadap pendidik, yang sering kali diabaikan atau dianggap kurang penting dalam hierarki organisasi.
Seperti buruh, mereka mungkin diperlakukan sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan semata-mata untuk mencapai tujuan tertentu, tanpa mendapatkan penghargaan atau perlindungan yang seharusnya mereka terima.
Korelasi ini menyoroti perlunya pengakuan dan penghargaan yang lebih besar terhadap peran pendidik dalam membentuk masa depan generasi muda dan masyarakat secara keseluruhan.
BACA JUGA: Merawat Pendidikan Sastra di Tengah Gempuran Dunia Industri
Perlakuan yang adil dan inklusif terhadap pendidik tidak hanya penting untuk meningkatkan moral dan motivasi mereka, tetapi juga untuk memastikan bahwa sistem pendidikan dapat berfungsi dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak yang terlibat.
Sebuah fenomena menarik dan penting dalam dunia pendidikan ketika menilik bagaimana peran pendidik sering kali disalahgunakan atau diabaikan, baik dalam konteks pemasaran sekolah maupun dalam manajemen internal sekolah itu sendiri.
Pertama, tentang penggunaan figur pendidik sebagai alat pemasaran. Pendidik sering kali diposisikan sebagai wajah sekolah, digunakan dalam promosi dan iklan untuk menarik minat calon siswa dan orang tua.
BACA JUGA: Pergulatan Integritas di Dunia Pendidikan
Namun, ini dilakukan tanpa memperhatikan keseluruhan kepentingan dan kesejahteraan pendidik itu sendiri. Penggunaan gambar mereka bahkan setelah mereka meninggal atau mengundurkan diri, menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap hak individu dan privasi mereka.