HARIAN DISWAY - Di tengah gaya hidup serba cepat dan tekanan yang tak kunjung reda, kualitas tidur yang baik menjadi impian bagi banyak orang.
Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur, terutama insomnia, kian meningkat di seluruh dunia.
Uniknya, tren baru pun bermunculan. Sebagai respons atas fenomena itu, muncul istilah sleep tourism atau wisata tidur.
BACA JUGA:Budget Traveling Buat Liburan Seru Tanpa Bikin Dompet Menangis
Liburan yang dulu identik dengan aktivitas seru dan penuh petualangan, kini bergeser ke arah yang lebih tenang: mencari ketenangan dan tidur berkualitas.
Apa Itu Sleep Tourism?
Sleep tourism adalah konsep perjalanan atau liburan yang berfokus pada pemulihan kualitas tidur. Destinasi wisata sleep tourism biasanya menawarkan fasilitas dan program khusus. Program itu dirancang untuk membantu pengunjung tidur lebih nyenyak.
Hotel dan resort yang mengusung konsep itu biasanya bekerja sama dengan ahli tidur. Mereka menyediakan kamar dengan desain khusus bebas gangguan, teknologi pengatur pencahayaan dan suara, kasur berkualitas tinggi, aromaterapi, bahkan sesi meditasi atau konsultasi dengan spesialis tidur.
BACA JUGA:Kenapa Semua Orang Kini Mulai Merencanakan Karier sambil Liburan?
Sleep tourism terkadang dibutuhkan untuk menghilangkan rasa penat maupun menghilangkan stres akibat sibuknya kerja-AntonioGuillem-Getty Images
Sleep tourism lahir dari kebutuhan nyata. Banyak orang yang merasakan stres berkepanjangan, tekanan pekerjaan, dan paparan layar digital berlebih.
Semuanya berdampak pada kualitas tidur. Sering kali, rumah sendiri justru menjadi tempat yang penuh distraksi. Dari urusan kerja, keluarga, hingga perangkat elektronik.
Liburan seharusnya menjadi momen untuk menyegarkan pikiran. Tapi terlalu banyak kegiatan justru bisa menambah kelelahan.
BACA JUGA:Mau Liburan Murah Ke Luar Negeri? Ini 5 Negara dengan Nilai Tukar Rupiah yang Tinggi
Sleep tourism menawarkan solusi: berlibur untuk benar-benar istirahat. Bukan sekadar berpindah lokasi sambil tetap kelelahan.
Manfaat Sleep Tourism
Sleep tourism dapat mengembalikan ritme tidur alami. Menjauh dari hiruk-pikuk kota dan gangguan digital, wisata tidur memungkinkan tubuh kembali ke pola tidur yang sehat dan alami.
Liburan itu dapat mengurangi stres. Sebab, mereka berada dalam suasana lingkungan yang tenang. Pun, terapi relaksasi dinilai dapat membantu menurunkan kadar stres yang menjadi penyebab utama insomnia.
BACA JUGA:Mengatasi FOMO di Musim Liburan bagi Anda yang di Rumah Saja
Sleep tourism juga menawarkan pengalaman liburan yang personal dan mendalam. Menyentuh aspek penting dalam hidup, baik kesehatan mental dan fisik.
Contoh Sleep Tourism
Sleep tourism memberikan penawaran tidur terbaik dengan fasilitas lengkap dan nyaman-The Travel-Shutterstock
Beberapa hotel dan resort kelas dunia sudah mulai mengadopsi konsep itu. Misalnya, Zedwell Hotel di London. Hotel itu dirancang khusus untuk tidur, dengan kamar yang kedap suara dan bebas gangguan.
Six Senses di Portugal menawarkan program Sleep Upgrade dengan alat pemantau tidur dan konsultasi personal. Bahkan di Bali, beberapa retreat sudah menyediakan program tidur sehat dalam paket wellness mereka.
BACA JUGA:Post Holiday Blues, Alasan Tubuh Terasa Capek Setelah Liburan
Sleep tourism bukan sekadar tren gaya hidup. Tapi juga jawaban atas kebutuhan mendasar manusia yang mulai terabaikan: tidur berkualitas.
Liburan tak lagi hanya tentang berbagi foto estetik di Instagram. Tapi tentang kembali mengenal tubuh dan memberikan istirahat yang sesungguhnya.
Jadi, jika insomnia mulai mengganggu dan pikiran tak kunjung tenang, mungkin sudah saatnya liburan sambil tiduran. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.