Menjadi K-Popers: Cara Sunyi Gen Z Bertahan dari Tekanan Hidup

Kamis 22-05-2025,17:00 WIB
Reporter : Pingki Maharani*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Langit-langit dunia remaja dan anak muda hari ini tak lagi sekadar diwarnai angan-angan masa depan yang cerah. Di balik layar ponsel mereka, tersembunyi kisah-kisah tentang kelelahan mental, tekanan sosial, dan pergulatan pribadi yang tak mudah diceritakan.

Dalam senyap, sebagian dari mereka memilih bertahan melalui satu hal yang kerap dianggap sepele: menjadi penggemar K-pop. Fenomena K-pop yang mendunia memang tak asing lagi.

Namun, di balik gemerlap konser dan fancam yang viral di media sosial, tersimpan fakta lain yang lebih mendalam. Bagi banyak Gen Z, menjadi K-Popers bukan sekadar mengikuti tren atau menyukai musik dari Korea Selatan.

BACA JUGA: 7 Rekomendasi Drakor Tentang Dunia Kpop

Lebih dari itu, ia telah menjelma menjadi bentuk pelarian yang sehat dari tekanan hidup yang terus menghimpit. Tentang ini ada  laporan UNICEF The State of the World’s Children 2021.

Berjudul On My Mind: Promoting, Protecting and Caring for Children’s Mental Health, diperkirakan lebih dari satu dari tujuh remaja berusia 10–19 tahun di seluruh dunia mengalami gangguan mental yang terdiagnosis.

Angka ini setara dengan sekitar 166 juta remaja secara global. Gangguan yang paling umum mencakup kecemasan, depresi, gangguan perilaku, dan ADHD.

BACA JUGA: Lirik dan Terjemahan Stop the Rain, Kolaborasi RM BTS dan Tablo tentang Masa Lalu Kelam

Selain itu, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa hampir 46 ribu remaja berusia 10–19 tahun meninggal akibat bunuh diri setiap tahun, menjadikannya salah satu penyebab utama kematian pada kelompok usia ini.

Data resmi dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Menurut data tersebut, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia mencapai sekitar 6,1 persen, yang setara dengan sekitar 11 juta orang.

Angka ini menunjukkan bahwa gangguan mental emosional merupakan masalah kesehatan yang signifikan di kalangan remaja Indonesia. Selain itu, ada data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022.

BACA JUGA: Rayakan Anniversary Kedua, Artotel TS Surabaya Nyanyi Bareng Kpopers Lewat Noraebang!

Ditunjukkan bahwa sekitar 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, dan sekitar 2,45 juta di antaranya mengalami gangguan mental yang serius.


Kegiatan seperti menonton konser daring, membuat fanart, menulis fanfiction, atau sekadar mendengarkan ulang lagu favorit, menjadi cara Gen Z menenangkan pikiran. -@Kraze-Tiktok

Gangguan mental yang paling umum di kalangan remaja adalah gangguan kecemasan (3,7 persen) dan depresi (1,0 persen). Namun, meskipun prevalensi gangguan mental emosional di kalangan remaja cukup tinggi, hanya sebagian kecil yang mencari bantuan profesional.

Kategori :