HARIAN DISWAY - Campaign 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKtP) berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember 2025. Dalam rangka itu, Institut Français Indonésie (IFI) dan European Union Centre (EUC) UNAIR menggelar seminar Love is No Abuse: Digital and Real Life pada Rabu, 26 November 2025.
Dalam seminar yang juga didukung oleh Airlangga Global Engagement (AGE) itu, para peserta diajak mengulik tentang hubungan toksik dan kesetaraan gender.
Para narasumber juga menyadarkan pentingnya dukungan terhadap perempuan agar berani bersuara jika mengalami kekerasan.
Livia Iskandar, narasumber dari Yayasan Pulih, membahas topik Love is No Abuse. “Kali ini, kita ingin mengajak generasi muda untuk paham kapan alarm harus bunyi jika mengalami toxic relationship,” katanya.
BACA JUGA:5 Tanda-Tanda Toxic Relationship
BACA JUGA:Hubungan Beracun Itu Sudah Makan Banyak Korban, Hentikan Toxic Relationship Sekarang Juga!
Relasi sehat adalah yang setara dan memiliki ketersalingan. Dengan demikian, tidak ada pihak yang cenderung mendominasi dalam hubungan.
Relasi sehat juga digambarkan sebagai hubungan yang penuh kasih, kehangatan, saling mengargai, serta mampu menikmatinya bersama-sama. Namun, tentunya tanpa menghapuskan waktu untuk diri masing-masing.
LOVE IS NO ABUSE disampaikan oleh Wawan Suwandi dan Livia Iskandar di Ruang Rote, ASEEC Tower, Kampus B Universitas Airlangga pada Rabu, 26 November 2025. - Tirtha Nirwana Sidik - Harian Disway
“Ibarat pohon-pohon yang saat ini bertumbuh dan berdekatan, tetapi saling tumbuh masing-masing. Tidak ada pohon yang saling mendominasi, mengontrol yang lain, dan mengendalikan,” tambahnya.
Psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan bahwa satu dari empat perempuan Indonesia pernah mengalami kekerasan. Pernyataan itu dia kutip dari hasil survei.
BACA JUGA:Workshop Psikologi UKWMS Hadirkan Profesor Italia, Bahas Strategi Cegah Pedofilia!
BACA JUGA:Hari Kartini 2025, BRI Tegaskan Komitmen Inklusi Keuangan dan Kesetaraan Gender
Bentuk kekerasan terhadap perempuan akan memengaruhi produktivitas kesehariannya. Apalagi, jika tindakan itu dilakukan oleh orang-orang terdekat.
Sayangnya, tidak semua perempuan mau melaporkan kekerasan yang mereka alami. Sebab, hal tersebut memang tidak mudah. Korban sering kali merasa malu dan takut.