Pentas Keliling Teater Kusuma Ramaikan Sabtu Malam di Mojokerto

Pentas Keliling Teater Kusuma Ramaikan Sabtu Malam di Mojokerto

PENUH DAMBA, Nona Kumala (diperankan oleh Okta Nur mengenang keromantisan sang kekasih kepada Diajeng (Devita Syahtiti) dalam pementasan berjudul Menunggu Kekasih oleh Teater Kusuma Untag di Mojokerto, Sabtu malam, 16 Juli 2022.-Teater Kusuma untuk Harian Disway-

NONA KUMALA dan Diajeng duduk santai sembari mengobrol. Mengenang indahnya masa muda, tentang seorang pria yang mengisi hati mereka. Kebetulan, dua perempuan berusia lanjut itu punya nasib sama. Mereka sama-sama menanti kekasih yang tak kunjung datang.

Kedua perempuan yang menghuni panti jompo itu begitu setia menunggu sang pria. Sampai rela tidak menikah. Rela menanti sampai tua. Sampai tubuh mereka renta, dan pikiran mereka tak lagi mampu mengingat.

Dan, setelah 60 tahun lamanya, akhirnya Nona dan Diajeng mengerti. Bahwa pria yang mereka nanti-nanti adalah orang yang sama. Yakni Amat Sape’i. Pemuda Wonosari yang merantau ke Serawak dan tidak pernah pulang. Sehingga janji pernikahan yang pernah dibisikkan kepada Nona Kumala dan Diajeng, sama-sama tak ditepati…

Tragis, ya. Itulah naskah Menunggu Kekasih karya Putut Bukhori. Naskah itu dibawakan para anggota Teater Kusuma, mahasiswa Untag Surabaya, dalam pementasan di SMAN 1 Mojokerto, Sabtu malam, 16 Juli 2022 lalu. Pementasan itu disutradarai oleh Frederico Rudy.

Pergelaran itu merupakan bagian dari program Pentas Keliling Teater Kusuma. Itu adalah agenda yang rutin diselenggarakan. Namun, sempat berhenti lama gara-gara pandemi Covid-19. Nah, kini, mumpung pandemi sudah mereda, para personel Teater Kusuma berani menggelar pentas offline lagi.

Kali ini, program yang dinamakan Teater Kusuma Mlaku-Mlaku #6 itu mengusung tema Uri-Uri Budaya Majapahit. Karena itu, dipentaskannya pun di Mojokerto.

’’Pentas Keliling ini merupakan upaya kami untuk memperkenalkan budaya dan sejarah Majapahit kepada generasi muda,’’ jelas Okitama, ketua umum Teater Kusuma. ’’Kami menyuguhkan pementasan, workshop, dan kegiatan sosial dengan terjun langsung ke masyarakat,’’ lanjutnya.

Malam itu, tidak hanya satu naskah yang dipentaskan. Melainkan dua. Naskah kedua adalah Pasar Kaget. Ditulis dan disutradarai sendiri oleh AA Mubarrak. Kalau Menunggu Kekasih menceritakan tentang betapa mahalnya harga kesetiaan, kesabaran, dan kepercayaan, maka Pasar Kaget lebih seperti kritik sosial. Yakni tentang pemindahan ibu kota yang penuh keganjilan.


PARA PEDAGANG pasar berusaha menyadarkan Mbak Juhai yang kesurupan, sebagai bagian dari protes atas rencana renovasi kepala pasar. -Teater Kusuma untuk Harian Disway-

Jadi ceritanya, pimpinan sebuah pasar memutuskan untuk merenovasi pasar. Agar lebih tertata dan modern. Namun, rencana itu mendapatkan perlawanan dari para pedagang. Karena keputusan renovasi diambil sewenang-wenang oleh kepala pasar, tanpa diskusi dulu dengan pedagang.

Perlawanan itu dipimpin oleh Munir, seorang juru parkir dan orator ulung. Namun, perjuangan tersebut berujung sia-sia. Padahal, para pedagang sudah mengerahkan ’’ilmu gaib’’. Dengan cara memasukkan roh penunggu pasar ke dalam tubuh Mbak Juhai, pedagang sego karak, untuk mengancam kepala pasar.

Pementasan Pasar Kaget dibawakan penuh kelakar tersebut sukses mengocok perut para penonton. Tak hanya naskahnya yang witty dan jenaka. Adegan-adegannya pun lucu. Misalnya ketika Mbak Juhai kesurupan roh penunggu pasar. Para pedagang harus melakukan gerakan kung-fu untuk menyadarkan bakul sego karak tersebut.

Pentas Keliling Teater Kusuma di SMAN 1 Kota Mojokerto dihadiri oleh banyak pihak. Antara lain, Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Komunitas Kothong, Komunitas Persada Mojokerto, dan pelaku serta penikmat seni se-Mojokerto. Plus, tentu saja, siswa dan siswi SMAN 1 Kota Mojokerto.


BANGGA, Ketua Umum Tetaer Kusuma Okitama (kiri) menyerahkan cendera mata kepada sebagai Kepala Biro Teater Dewan Kesenian Mojokerto Kukun Tri Yoga. -Teater Kusuma untuk Harian Disway-

Selain pementasan teater, juga terdapat penampilan Musikalisasi Puisi dari Komunitas Astungkara. Sebelumnya, pada pagi, Teater Kusuma mengawali rangkaian kegiatan dengan workshop Teater Ruang Publik.

’’Teater ruang publik adalah teater yang tidak menciptakan panggung dan tidak menciptakan penonton. Karena semua bisa menjadi panggung dan penonton,’’ jelas K-cong, salah seorang pemateri workshop.

Pentas Teater Keliling Teater Kusuma mendapatkan respons positif. Salah satunya dari Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto. Kegiatan itu berhasil memasyarakatkan teater. Dan itu penting. Karena pada dasarnya, masyarakat Indonesia sangat akrab dengan seni panggung. Misalnya lewat ludruk dan ketoprak.

’’Semoga kita bisa menumbuhkan rasa cinta kepada seni teater. Sebab, teater ada untuk kita apresiasi dan kita nikmati,’’ tutur Cak Kukun Tri Yoga, Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto. Ia menambahkan, bahwa pentas tersebut diharapkan bisa menciptakan sinergi antara manusia dengan alam.

Apresiasi juga datang dari pihak sekolah. ’’Kami merasa senang karena sudah lama sekali kami rindu akan adanya pementasan seperti ini,’’ kata Zaim Affan, perwakilan SMAN 1 Kota Mojokerto.

Setelah melakukan Pentas di SMAN 1 Kota Mojokerto, Teater Kusuma akan bertolak kembali Sanggar Bhagaskara, Kampung Majapahit. Pada Sabtu, 23 Juli 2022 mendatang, Teater Kusuma akan melanjutkan Pentas Kelilingnya. Bagi mereka, itulah penuntasan ibadah keseniannya. Karena itu, jadilah saksi peristiwa budaya bersama Teater Kusuma. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: