Soe Tjen Marching dan Fakta Gerakan 1 Oktober 1965: Menuduh PKI untuk Lunasi Utang (17)
Soe Tjen Marching duduk di halaman kediamannya, di Jalan Putro Agung Surabaya. -Elvina Talitha Alawiyah-
Tentara berjaga di depan gerbang, lengkap dengan senjata mereka. Murid-murid merajuk sambil menangis. Mereka ingin sekolah. Biarkan sekolah sehari itu saja. Tapi para penjaga menghardik, lagi-lagi seruan diskriminatif, "Pulang kalian, Cina-Cina! Sekolah ini bukan milik kalian! Pulang atau tak bedil satu-satu!".
Beberapa hari kemudian, Yuliani mendapat kabar dari seorang muridnya. Bahwa seorang siswa paling pandai di sekolah hendak bunuh diri. Sebab, toko milik neneknya diobrak-abrik. Dihancurkan, karena dianggap sebagai sarang persembunyian orang-orang komunis. Entah bagaimana nasib anak itu.
Padahal, perasaan senasib sepenanggungan pernah membuat seluruh masyarakat bersatu. Tak peduli warna kulit dan agamanya. Seperti yang ditulis Pramoedya dalam korespondensinya dengan seseorang yang disamarkan dengan inisial Ch. Hs-Y, dalam buku Hoakiau di Indonesia:
Penderitaan bersama telah menyebabkan hilangnya batas antara kelompok-kelompok dengan rakyat. Pada awal revolusi di Surabaya, semua warga bahu-membahu berjuang. Termasuk orang-orang Tionghoa. (Guruh Dimas Nugraha)
Indeks: Mantan Gerwani disiksa dan diperkosa, baca besok...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: