Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (3): Sempat Ditipu Rute yang Dipandu Google Maps

Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (3): Sempat Ditipu Rute yang Dipandu Google Maps

Juri Tim 1 saat mewancarai Sertu Ali Mustofa, anggota Babinsa dari Kodim Ngawi.-Boy Slamet-

Azka merekam semua kegiatan melalui kameranya. Sedangkan Pak Boy, setelah kami selesai berdiskusi, gantian ia yang sibuk menata pose Sertu Ali dan anak-anak dampingannya.

Kami pun berangkat lagi ke tujuan selanjutnya: Ponorogo. Tapi sebelumnya, kami diajak makan nasi ayam lodho di sebuah rumah makan dekat sanggar oleh para perwakilan Koramil Ngawi. Pak Boy, Azka, dan Dosen Probo memesan ayam lodho. Saya kurang suka makanan daging berkuah. Maka saya memilih gurami bakar.

Kami makan bersama di gazebo rumah makan. Gayeng, akrab. Setelah kenyang dan berpamitan, kami menjemput Pak Dirut di kediamannya, di Jalan Cendana, Ngawi. Sekaligus berharap akan ada menu selanjutnya: pecel Madiun.

Pak Dirut bersama kami lagi dalam mobil. Perjalanan menuju Ponorogo melewati Madiun. Tapi sepanjang perjalanan, Pak Dirut sama sekali tidak menyinggung soal pecel. Sampai di satu titik, beliau memutuskan turun di sebuah minimarket. Hendak naik bus ke Surabaya, katanya.

Ah, impian pecel Madiun sirna sudah. Mungkin gara-gara Pak Boy yang melapor jika kami sudah makan bersama perwakilan Koramil Ngawi. Jadi pecel Madiun tinggallah angan-angan belaka.

Persoalannya, di mana kami menginap setelah sampai di Ponorogo nanti? Saya menawarkan hotel melati saja, supaya hemat. Tak disangka, semua setuju. Termasuk Dosen Probo. Ia memang akademisi muda yang rock and roll. Karena usianya yang belia itu, ia mau diajak kemana saja, tidur di mana saja. Lumayan.

Tapi belakangan, kami mengetahui hotel yang kami singgahi ternyata kelas melati layu. Alias melati di bawah melati. Orang menyebut penginapan kami: hotel esek-esek. Waduh.. (*)

 

*Datang di Ponorogo, baca besok...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: