January Effect

January Effect

Ilustrasi January Effect. IHSG mencatatkan rekor tertinggi pada Januari 2024. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

INI kabar baik dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada pembukaan perdagangan 2024 kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi 7.323,588. Itu sekaligus rekor tertinggi kapitalisasi pasar BEI sepanjang sejarah yang mencapai Rp 11.768 triliun. 

January effect tersebut tentunya menjadi sinyal positif ekonomi Indonesia tahun 2024. Investor tampak ”tidak peduli” dengan tahun politik yang biasanya  hanya wait and see. Kali ini mereka merasa tidak harus menunggu presiden terpilih untuk mengambil sikap di pasar investasi portofolio. Hal tersebut tentu dampak positif dari pemilu damai yang hingga sebulan menjelang pemilu tidak ada kekisruhan berarti. 

January effect dikenal di pasar modal sebagai suatu pola kenaikan harga saham pada minggu pertama dan kedua Januari. Itu biasanya dipicu oleh penataan kembali portofolio investor, baik individu maupun institusi.

BACA JUGA: Transformasi Smelting

Juga, karena pola beli investor setelah menerima bonus atau realisasi keuntungan usaha setelah tutup buku 31 Desember. January effect kali ini lebih terasa setelah cukup lama tidak terjadi akibat pandemi Covid-19. 

Di pasar modal, memang ada momentum-momentum yang bisa dimanfaatkan untuk mengambil posisi di pasar. Selain January effect, ada juga sell in May and go away. Biasanya investor akan menjual sahamnya di bulan Mei dan kembali pada November. Mereka menghindari Mei–Oktober yang cenderung bearish akibat ditinggal liburan musim panas. 

Selain itu, ada window dressing di bulan-bulan menjelang akhir tahun. Pada Oktober–Desember, para manajer investasi berusaha mempercantik portofolionya sehingga di akhir tahun portofolio kelihatan positif. Itu biasanya juga dilakukan para manajer di perusahaan untuk mempercantik laporan keuangan dengan berbagai cara.

BACA JUGA: Lampu Kuning Pajak Daerah

Ada juga earning season. Di musim itu, biasanya laporan keuangan disajikan. Perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib melaporkannya. Jika laporan keuangan baik, investor meresponsnya dengan memburu saham emiten itu. Begitu juga sebaliknya. Earning season biasanya terjadi saat rilis laporan keuangan di bulan April, Juli, Oktober, dan Januari. 

 

Investor Meningkat Pesat

Terlepas dari January effect, bergairahnya pasar modal tersebut tak lepas dari terus tumbuhnya investor lokal. Itu bisa dilihat dari jumlah single investor identification (SID) yang merepresentasikan investor di pasar modal. Per Oktober lalu, jumlah SID telah mencapai 11,75 juta. Padahal, tahun 2019 jumlah investor hanya 2,48 juta. Itu berarti, dalam lima tahun ini, investor di pasar modal sudah berlipat empat kali. 

Jika didalami, investor saham pun meningkat cukup pesat. Meski tak sepesat investor obligasi dan sukuk. Investor saham telah mencapai 5 juta atau hampir separuh dari jumlah investor. Itu pun juga didominasi investor domestik. Baik dari sisi jumlah maupun dari sisi nilai investasinya. Berdasar data di BEI, nilai investasi asing di BEI berkisar 40 persen dari total investasi di pasar modal.

BACA JUGA: Indeks Pembangunan Manusia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: