Harga Beras Terus Merangkak, Pemprov Jatim Optimistis Bisa Stabilkan Harga Jelang Puasa dan Lebaran
Pedagang sembako di Pasar Genteng, Surabaya, yang sedang melayani pembeli beras yang kini makin merangkak naik harganya. -Boy Slamet-HARIAN DISWAY
Jauh di bawah harga beras premium di DKI Jakarta Rp 16.700, Jawa Barat Rp 16.560, Jawa Tengah Rp 16.340, D.I Yogyakarta Rp 16.430, dan harga beras premium di Banten yang masih dibanderol Rp 16.160 per kilogram.
Sama halnya dengan premium, harga beras medium di Jawa Timur dibanderol Rp 12.900 per kilogram. Juga paling rendah di antara lima provinsi lain di pulau Jawa. Seperti DKI Jakarta Rp 14.800, Jawa Barat Rp 15.030, Jawa Tengah Rp 15.070, D.I Yogyakarta Rp 14.970, dan Provinsi Banten dengan harga beras medium Rp 14.730 per kilogram.
BACA JUGA: Tekan Harga, Zulhas Minta Beras SPHP Banjiri Ritel
Kendati demikian, Iwan tak memungkiri bahwa kenaikan harga beras ini salah juga dipicu oleh fenomena pasar menjelang bulan puasa dan lebaran. Tidak hanya beras, tetapi bahan pokok lainnya juga mulai ikut naik. Seperti minyak, telur, daging, hingga cabai rawit.
"Kami sudah koordinasikan supaya supply pas menjelang ramadhan sampai menjelang idul fitri bisa aman. Kita sekarang sedang fokus ke beras karena yang lain saya kira masih relatif stabil," tambahnya. Iwan menghimbau masyarakat Jawa Timur agar tak khawatir soal stok dan harga beras.
Dikonfirmasi secara terpisah, Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Jatim Ermin Tora mengatakan stok beras di Jawa Timur per 21 Februari 2024 sekitar 150 ribu ton. Ia mengklaim jumlah tersebut sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan dan stabilisasi harga beras. Utamanya saat bulan puasa dan lebaran April mendatang.
"Kami berupaya menyalurkan bantuan pangan beras. Termasuk penyaluran beras SPHP ke pasar tradisional, ritel modern, maupun langsung ke masyarakat melalui pasar murah," terang Ermin.
BACA JUGA: Harga Beras di Jatim Melejit Jelang Pencoblosan
Selain hasil serapan padi, Pimpinan Bulog Jatim tersebut mengakui bahwa stok beras juga berasal dari impor. Namun hingga artikel ini terbit, Ermin belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait berapa banyak beras yang diimpor beserta asal negaranya. "Iya (impor), sebagai cadangan beras pemerintah," tandasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: