Merger Muamalat-BTN Syariah

Merger Muamalat-BTN Syariah

ILUSTRASI merger Muamalat-BTN Syariah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

RENCANA merger Bank Muamalat dan unit usaha syariah (UUS) BTN Syariah kian serius. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa merger itu bisa dimulai Maret dan diharapkan rampung sebelum Oktober tahun ini. Bank hasil merger diperkirakan akan memiliki aset sekitar Rp 120 triliun dan menjadi Bank dengan aset terbesar ke-16 di Indonesia. 

Bagi BTN Syariah, merger adalah salah satu langkah penting setelah asetnya melampaui nilai kritis Rp 50 triliun. Pada akhir tahun 2023, aset unit usaha syariah dari Bank BTN itu mencapai Rp 54,3 triliun. Naik sekitar 20 persen jika dibandingkan dengan 2022 yang baru berkisar Rp 45 triliun. 

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 Tahun 2023, jika total aset UUS lebih dari Rp 50 triliun, UUS wajib melakukan pemisahan dengan tahapan tertentu. OJK juga mengatur batas waktu penyampaian persetujuan pemisahan, yakni paling lama dua tahun setelah batas penyampaian laporan publikasi triwulanan.

BACA JUGA: Kinerja Keuangan Bank Syariah Indonesia Makin Menjanjikan Sejak Merger

Tahun lalu BTN Syariah memang mencatat kinerja cukup bagus. UUS itu berhasil membukukan laba bersih  Rp 702,3 miliar. Jumlah tersebut melesat 110,5 persen daripada perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 333,6 miliar. 

Pertumbuhan laba yang signifikan  tersebut ditopang peningkatan pembiayaan yang mencapai Rp 37,1 triliun atau tumbuh 17,4 persen. BTN Syariah bisa menyalurkan pembiayaan yang besar tak lepas dari meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh pesat sebesar 20,7 persen menjadi Rp 41,8 triliun pada 2023.

Bagaimana dengan Bank Muamalat? Bank yang saham terbesarnya dipegang Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) itu memiliki aset Rp 66,4 triliun pada September 2023. Lebih tinggi daripada aset BTN Syariah. 

BACA JUGA: Yang Berubah dari Terminal Teluk Lamong Setelah Setahun Merger Pelindo

Dengan aset sebesar itu, laba Bank Muamalat tidak terlalu besar, hanya Rp 77,3 miliar. Meski begitu, secara kinerja, tahun 2023 merupakan tahun yang bagus bagi Bank Muamalat karena laba bersih tumbuh hingga 90 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Jika berhasil merger, bank gabungan itu akan menjadi bank syariah terbesar kedua dengan aset Rp 120 triliun. Memang, asetnya masih jauh dari Bank Syariah Indonesia (BSI) yang per Desember 2023 memiliki aset Rp 353,6 triliun dan laba Rp 5,7 triliun. 

Selama ini bank syariah, baik bank umum maupun UUS, memang relatif kecil. Data di OJK menunjukkan bahwa tanpa merger, Bank Muamalat sudah menjadi bank dengan aset kedua terbesar, yaitu sekitar Rp 66 triliun. Hanya sekitar seperlima dari bank syariah terbesar, BSI, yang asetnya mencapai Rp 353 triliun. 

BACA JUGA: DPRD Sepakat Merger BUMD

Di belakang Muamalat ada CIMB Niaga Syariah dengan Rp 61,4 triliun, BTN syariah, dan UUS Maybank Syariah dengan aset sekitar Rp 42 triliun. 

Kunci sukses merger memang tidak hanya dari sisi Bank BTN Syariah. Sebagai UUS dari BTN, keputusan merger BTN Syariah sangat ditentukan kebijakan Menteri BUMN Erick Thohir yang sangat mendukung merger. Tinggal dari sisi Bank Muamalat. Kuncinya adalah di BPKH sebagai pemegang saham pengendali Bank Muamalat. Meski, keputusan tertingginya ada di menteri agama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: