Ini Bukan Adipura-pura

Ini Bukan Adipura-pura

ILUSTRASI ini bukan Adipura-pura.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Perjalanan dapat dilanjutkan dengan mengarungi Ketabang Kali, menyusup ke wilayah Genteng sampai Semut. Di zona Semut itu ada Stasiun Kota yang sangat legendaris. 

Penelusuran heroik dapat dilakukan dengan menyapa jazirah Jembatan Merah yang secara historis paling fenomenal bagi arek-arek Suroboyo. Bus air dapat terus dilanjutkan sampai berakhir di kawasan Tanjung Perak. 

Begitu sebaliknya. Dari utara ”penikmat kota” langsung kembali ke selatan berlabuh lagi di Wonokromo menikmati destinasi Pintu Air Jagir dan Kebun Binatang Surabaya (KBS). 

Dari ”stasiun bus air” Wonokromo, kita dapat ”berekspansi” ke kawasan Surabaya Timur dengan menelusuri Kali Jagir, Panjang Jiwo, Kedung Baruk, Wonorejo Rungkut, dan Wonorejo Tambak. Di sana kita dapat saksikan dinamika pamurbaya. 

Dari Wonokromo dengan ”zona Jembatan Wonokromo”, para penumpang ”angkot air” dapat menikmati ”keajaiban leluhur” kawasan Pulo Wonokromo, Gunungsari, Karah, Kebonsari, Pagesangan, dan seterusnya sampai pula menyebar ke wilayah Driyorejo, Gresik, maupun dam Mlirip, Mojokerto, sambil sinahu sejarah Raden Wijaya sewaktu memukul mundur tentara Mongol (31 Mei 1293). 

Itulah romantisme perkotaan yang  menawarkan optimisme baru.  

Belajar dari yang pintar dan meniru dari yang maju merupakan tindakan kodrati.  Keindahan  kota-kota di Eropa dan Uni Emirat Arab makin lengkap dengan telaga kota. Pesona Danau Lemann di jantung Kota Jenewa (Swiss) semestinya dapat diteladani untuk mengembangkan embung Morokrembangan, pun Bundaran Waru era 1990-an. 

Apa hendak dikata, Bundaran Waru  malah ditimbun tanah layaknya cungkup pekuburan. Bundaran Waru mengerang kesakitan mananggung beban ekologis komponen birokratik yang tidak apresiasif terhadap lingkungan. Telaga Bundaran Waru sirna dililit jalan tol yang melayang di pusarannya.

Inikah mozaik bahwa Surabaya adalah pemilik kesejatian ekologi kota sepangkuan Paris dengan Kalimas. Surabaya, Paris van Java? 

Biarlah Surabaya membeber dirinya lebih ekspresif dengan sungai-sungainya sebagai alur transportasi. Maka, kebijakan box culvert saatnya dikoreksi agar Adipura Kencana sempurna disandangnya. 

Selamat merayakan Piala Adipura buat Surabaya! 

 


Suparto Wijoyo, guru besar hukum lingkungan Fakultas Hukum dan pengajar strategic leadership Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: