Ini Bukan Adipura-pura

Ini Bukan Adipura-pura

ILUSTRASI ini bukan Adipura-pura.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Kondisi itu berbeda halnya dengan beberapa daerah lain yang menggondol Adipura. Adipura yang diterima pemerintah daerah sebelah justru dipertanyakan sendiri oleh warganya. 

BACA JUGA: Surabaya Kota Metropolitan Pertama dengan Gelar Adipura Kencana

Celetuk vulgar mengudara di radio yang menyuarakan unek-uneknya. Bahkan, di tengah teritorial belahan barat wilayah Jawa Timur dari arah Surabaya, penerimaan Adipura disorot tajam oleh para pemerhati setempat karena dinilai menghamburkan APBD hanya untuk menjemput Piala Adipura. 

Memang pesta kebanggaan gelegar Adipura sudah lumrah dipertontonkan. Adipura diarak dan dijunjung bak mahkota dengan pesta rakyat. Itu  sejatinya manifestasi tanda ”syukur” atas prestasi yang dalam manajemen lingkungan di Indonesia dianggap sebagai label prestisius. 

Pesta kegembiraan diacarakan berbarengan dengan ”festival agustusan” yang setiap tahun memang dinanti khalayak. Dalam romantisme kebersamaan antara penguasa dan yang dikuasai, pada titik ini pesta Adipura adalah sesi ”istirah” dari hari-hari merawat lingkungan. 

Maklumilah dengan catatan Adipura-nya memang bukan ”Adipura-pura”. 

Saya sendiri tetap memberikan perhatian terhadap Adipura yang disabet sebuah daerah, yang bahkan kehadirannya diarak dengan semarak, meski khalayak membersitkan tanda tanya. 

Kalau mengenai capaian Surabaya ini, semua menyaksikan: metropolitan tampil memesona. Kata sparkling dulu itu dan kini Surabaya Hebat cukup mewakili menjadi ujaran kegembiraan. Warna-warni lampion yang menghias sepanjang Kalimas dan sentra-sentra kulinernya membawa imajinasi kepada tata kota tua di Eropa.  

Suasana kebatinan warga Surabaya dalam gelegar urusan lingkungan  terbukti sangat bervarias. Memorinya pun dapat berkelana menelusuri indahnya kanal-kanal di Belanda, Inggris, maupun Sungai Seine di Paris.   Surabaya menyimpan kekayaan ekologis yang serupa dengan Paris? Ada Kali Surabaya dan Kalimas.   

Melihat Kalimas saat ini, kenangan bergerak ke Sungai Seine di Paris. Rute ekologis Sungai Seine menyuguhkan 38 tempat wisata yang dapat dinikmati para pelancong. 

Dari Sungai Seine  dapat disaksikan keanggunan Le Louvre, Le Pont Royal, Musee d’Orsay, Les Tuileries, Pont de la Concorde, Pon Alexandre III, Palais de Chaillot, L’Englise Americaine, Pont de l’Alma, Passerella Debilly, La tour Eiffel, Pont Bir-Hakeim, Pont des Invalides, Place de la Concorde, Palais Legion d’Honneur, Quai Voltaire, Pont du Carrousel, Pont des Arts, Palais Conti, Ile de la Cite, Quai des Orfevres, Pont Saint-Michel, Notre Dome, Pont de la Tournelle, Iile Saint Louis, Pont de Sully, La Samaritaine, dan masih banyak lagi.  

Pancaran indah Kota Paris terbangun dari jelajah sungai. 

Situs topografis-hidrologis Kalimas memiliki padanan dengan Sungai Seine. Sebagai lambang peradaban air,  Kalimas  menyimpan ”kapital” yang dapat menjadi bekal literasi ekologis warganya. 

Ke depan seyogianya diwujudkan agar zona Jembatan Wonokromo dapat diposisikan sebagai ”stasiun induk” transportasi perairan  yang disebar ke Kali Surabaya dan Kalimas. Para penikmat wisata air  Kalimas yang mengambil start di Wonokromo dapat meluncur menelusuri kawasan Ngagel dan ”transit” di Gubeng Pojok. 

Di kawasan itu para pengguna ”angkot air” sudah dapat menyaksikan situasi nyata kehidupan Dinoyo, Kayun, dan berujung di ”kamar wingking” Gedung Negara Grahadi maupun balai kota. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: