Simak Caranya, Penyandang Diabetes Melitus Bisa Tetap Bugar di Bulan Ramadan!

 Simak Caranya, Penyandang Diabetes Melitus Bisa Tetap Bugar di Bulan Ramadan!

Simak Caranya, Penyandang Diabetes Melitus Bisa Tetap Bugar di Bulan Ramadan! Persiapan fisik dan penataan pola makan harus diperhatikan.-Natalia Vaitkevich-Pexels-

Oleh:

Hariyono, Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga

SETIAP umat muslim di seluruh dunia pasti selalu menantikan Ramadan. Semua orang Islam yang mampu dan sehat juga wajib berpuasa selama satu bulan penuh ketika Ramadan. Umat Islam akan berusaha mematuhi kewajiban untuk tidak makan dan minum mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Karena itu, penyandang diabetes melitus (DM) akan menghadapi tantangan yang besar. Mereka harus menghindarkan risiko dehidrasi, kadar gula yang melonjak, atau penurunan kadar gula yang tiba-tiba. Karena itu, sangat penting bagi penyandang diabetes untuk punya pemahaman yang mendalam tentang cara berpuasa saat Ramadan.

BACA JUGA: Kiat Mengubah Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Manis untuk Kurangi Risiko Diabetes

Pada pasien DM, gangguan pada pengeluaran insulin dan glukagon serta resistensi insulin yang menyebabkan beberapa gangguan. Yaitu, hipoglikemia (kadar gula darah menurun), hiperglikemia (kadar gula darah naik tinggi), dan meningkatnya variabilitas glukosa darah.

Resistensi insulin yang terjadi dapat menganggu mekanisme hormon kontraregulator dan menyebabkan gangguan tonus simpatis adrenal sehingga meningkatkan resiko hipoglikemia selama berpuasa Ramadan.

Glukosa darah yang drop secara mendadak adalah risiko yang sering terjadi pada penyandang diabetes yang berpuasa di bulan Ramadan. Mereka bisa mengalami gejala seperti gelisah dan berkeringat, gemetar, berdebar-debar, rasa kesemutan pada lidah dan bibir, bingung, serta penurunan kesadaran dalam situasi tersebut.


Simak Caranya, Penyandang Diabetes Melitus Bisa Tetap Bugar di Bulan Ramadan! Buah dan makanan berserat wajib dikonsumsi untuk keseimbangan nutrisi dalam tubuh.-Jane Doan-Pexels-

Di sisi lain, ketika berpuasa, mereka juga dapat terkena risiko peningkatan glukosa darah yang tiba-tiba. Hal itu akan mempercepat komplikasi DM pada pembuluh darah besar dan kecil. Misalnya, gangguan di retina, gangguan di saraf, gangguan ereksi pada pria, penyakit jantung koroner, dan stroke.

Puasa Ramadan yang berlangsung yang berlangsung kurang lebih 12 jam tidak terlalu membahayakan kesehatan orang yang prima. Juga tidak berdampak buruk pada penyandang diabetes dengan kadar glukosa darah yang terkontrol.

Yang perlu diingat, selama bulan puasa, jadwal makan Anda akan berubah. Asupan kalori dan lemak juga akan berubah. Oleh karena itu, penyandang diabetes harus memperhatikan petunjuk berikut ini, terutama ketika mereka berpuasa di bulan Ramadan.


Simak Caranya, Penyandang Diabetes Melitus Bisa Tetap Bugar di Bulan Ramadan! Kandungan nutrisi makanan harus diperhatikan selama puasa. Batasi makanan yang berlemak dengan karbohidrat yang tinggi.-Robin Stickel-Pexels-

1. Kebutuhan kalori harian dalam jumlah 1.200-2.000 kalori didistribusikan untuk sahur (30-40 persen) dan berbuka (40-50 persen). Juga ditambah 1-2 camilan sehat (10-20 persen)

2. Komposisi nutrisi terdiri atas karbohidrat (40-50 persen) sebaiknya dengan indeks glikemik rendah sehingga energi dapat dilepaskan secara perlahan. Protein berkisah 20-30 persen berupa kacang-kacangan, ikan, unggas atau daging. Lemak bisa mengambil porsi 30-35 persen berupa lemak monosaturasi dan lemak tak jenuh ganda. Lemak jenuh harus dibatasi, yakni maksimal 10 persen dari total asupan kalori harian. Perhatikan juga asukan serat yang mencukupi dari buah dan sayur.

3. Pertahankan tingkat hidrasi dengan minum cukup air sebanyak 30-50 cc/kg/berat badan. Namun, sesuaikan juga dengan kondisi ginjal dan jantung. Hal itu dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan risiko trombosis atau penggumpalan darah.

4. Makan sahur disarankan seakhir mungkin sebelum memulai puasa.

5. Makanan yang mengandung banyak gula, minuman manis, sirup, jus kalengan, atau jus segar dengan tambahan gula harus dihindari setelah berbuka puasa dan di antara waktu makan.

6. Hindari minuman berkafein karena bersifat diuretik yang dapat menyebabkan dehidrasi.

7. Ubah jadwal minum obat. Obat gula Metformin diminum dengan dua dosis (1.000 mg/2 tablet) pada saat berbuka dan satu dosis (500 mg/1 tablet) pada waktu sahur. Untuk obat gula Glibenclamid dapat diminum dosis biasa saat berbuka dan setengah dosis lagi diminum saat sahur. Pemberian insulin basal dilakukan saat berbuka dengan dosis dikurangi 15-30 persen. Sedangkan insulin prandial dapat diberikan dengan dosis tetap pada saat berbuka, dosis tidak diberikan pada saat siang, dan kurangi dosis 25-50 persen saat sahur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: